Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Saham PBV Dibawah 1

Di pos berikut: PBV Saham yang Bagus, kita sudah membahas tentang Price to Book Value Ratio (PBV) saham yang bagus. Dalam praktikknya, semakin murah PBV, maka saham tersebut juga semakin murah secara valuasi. 



Umumnya, para investor saham akan mencari saham-saham dengan PBV dibawah 1, karena jika PBV saham tersebut dibawah 1, itu artinya anda membeli saham dibawah harga pasarnya alias beli di harga diskon. 

Seperti pos sebelumnya, kita menggunakan analogi jualan mobil. Jika mobil A harga wajarnya adalah Rp100 juta. Tetapi harga buku yang diberikan adalah 0,8 kali-nya alias dibawah 1. Maka anda hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp80 juta untuk membeli mobil yang harganya Rp100 juta. 

Konsep ini juga sama dengan Price Book Value di pasar saham, di mana kalau ada saham PBV dibawah 1, katakanlah PBV saham sebesar 0,8 kali, itu artinya anda punya kesempatan untuk membeli saham dengan harga murah, dibawah harga wajarnya yang seharusnya. 

Kalau anda menghitung sendiri rumus PBV atau mencari angka PBV melalui aplikasi RTI, maka dalam praktikknya memang ada cukup banyak saham-saham dengan PBV dibawah 1. 

Kebetulan saya lagi melakukan analisa fundamental valuasi saham sederhana menggunakan perhitungan analisa PBV. Kita coba ambil satu contoh PBV saham-saham di sektor aneka industri sub sektor otomotif dan komponen. Berikut beberapa saham PBV dibawah 1: 

Saham PBV dibawah 1

Dari 13 perusahaan yang ada di sektor otomotif & komponen, bisa kita lihat ada cukup banyak saham yang yang PBV-nya dibawah 1 kali. Saham-saham tersebut adalah: AUTO, BRAM, GDYR, GJTL, IMAS, INDS, NIPS, dan PRAS.  

Bahkan banyak juga saham yang PBV-nya dibawah 0,6 kali. Seperti saham PRAS yang PBV-nya cuma 0,18 kali. Atau saham NIPS yang PBVnya hanya sebesar 0,48 kali. 

Jadi apakah saham-saham dengan PBV dibawah 1 kali ini layak untuk investasi jangka panjang?

Jawabannya: Belum tentu. 

Faktanya, cukup banyak saham dengan PBV dibawah 1 kali yang kinerja fundamentalnya kurang bagus. Di satu sisi, banyak juga saham dengan PBV dibawah 1 yang sahamnya tidak likuid dan jarang ditransaksikan. Anda bisa perhatikan contoh pergerakan chart saham PRAS berikut:


Perhatikan pergerakan saham PRAS dengan volume tipis, dan banyak candlestick yang hanya membentuk seperti garis. Hal ini menunjukkan bahwa saham tersebut jarang diminati investor & trader. 

Masih banyak lagi saham yang saya temukan, di mana PBV-nya dibawah 1 namun secara chart sahamnya sangat tidak likuid. Walaupun PBV-nya sudah dibwah 1 dan sangat murah, tetapi pergerakan sahamnya dalam jangka menengah-panjang tetap kurang atraktif. 

Selain itu, perlu teman-teman pahami bahwa rumus PBV adalah harga saham / book value per share (jumlah ekuitas / jumlah saham beredar). Dengan kata lain, PBV "tidak memasukkan" unsur laba bersih ke dalam perhitungannya. 

Walaupun jumlah ekuitas itu juga termasuk laba bersih, tetapi ekuitas itu kan nggak murni berasal dari laba bersih saja. Katakanlah perusahaan di periode ini mengalami rugi bersih sebesar Rp500 juta. Tetapi saldo ekuitasnya ada Rp3 miliar. Maka saldo ekuitas perusahaan masih positif sebesar Rp2,5 miliar. 

Sehingga, terkadang kalau anda hanya melihat analisis PBV untuk menghitung valuasi, kita seringkali kita menemukan saham PBV dibawah 1, yang kelihatannya secara valuasi sudah sangat murah.

Tapi ternyata laba bersihnya dan profitabilitasnya amburadul. Nah, kalau anda kombinasikan analisa PBV dengan analisa Price Earning Ratio (PER), maka anda bisa melihat lebih jelas valuasi saham yang dihitung berdasarkan laba bersih-nya. 

Kalau perusahaan mengalami rugi bersih, PBV-nya belum tentu minus. Tapi kalau anda pakai PER, maka saat perusahaan membukukan rugi bersih, valuasi PER-nya otomatis jadi minus. 

Kalau valuasi minus bukan berarti murah, tapi menandakan bahwa terjadi penurunan kinerja fundamental perusahaan dari sisi profitabilitas, sehingga kalau fundamental perusahaan rugi, anda bisa pertimbangkan untuk hindari dulu sahamnya. 

Itulah yang menyebabkan banyak saham dengan PBV dibawah 1 tapi harga sahamnya malah turun. Salah satunya karena fundamental perusahaan secara komprehensif kurang bagus, maupun likuiditas sahamnya juga kurang menarik di market. 

Dalam analisa fundamental, anda sebaiknya bukan hanya membeli saham dengan valuasi murah. Tapi anda juga harus perhatikan kinerja keuangan secara komprehensif, terutama dari segi kemampuan profitabilitas perusahaan. 

Jadi jika nanti anda menganalisa suatu saham dan menemukan saham PBV dibawah 1, di mana itu valuasinya sangat murah, jangan langsung menelan informasi tersebut mentah-mentah dengan langsung menginvestasikan sahamnya.  

Selain perhatikan kinerja fundamental lainnya yaitu analisa laporan keuangan, anda juga bisa pertimbangkan untuk menambah valuasi lainnya seperti PER. Pelajari juga: Belajar Analisis Laporan Keuangan Saham Pemula - Mahir. 

Dalam praktikknya, saya beberapa kali menemukan saham dengan PBV dibawah 1, dan kinerja fundamentalnya bagus, serta sahamnya cukup likuid di market. Misalnya seperti saham PTRO, yang PBVnya pernah mencapai hanya 0,62 kali saja. Perhatikan PTRO berikut:

Saham PTRO

Karena secara valuasi murah dan fundamentalnya bagus, setelah harga sahamnya turun cukup lama, saham PTRO bisa naik lagi dalam jangka waktu diatas 2 minggu.  

Di pos ini kita sudah pelajari bersama tentang saham PBV dibawah 1. Yap, saham-saham yang PBV-nya murah bukan berarti saham tersebut pasti layak untuk dibeli. Kombinasi analisa valuasi dan analisa fundamental, likuiditas saham harus anda perhatikan untuk memutuskan apakah saham yang PBV-nya murah layak dibeli atau tidak.             

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.