Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Peluang & Risiko Trading Saat IHSG Jatuh

El Heze
Pasar saham (IHSG) kita sudah beberapa kali menghadapi masa-masa strong bearish hingga mengalami crash market. 



Tahun 1998 dan 2008 kita menghadapi crash market, di mana tahun 1998 Indonesia menghadapi krisis moneter yang parah, yang membuat mayoritas saham harganya jatuh sampai nyaris nggak ada nilainya. 

Tahun 2015, kita juga menghadapi kondisi IHSG strong bearish (sekitar bulan April-Oktober). Walaupun saat itu IHSG belum masuk dalam kriteria crash market atau resesi (karena saat itu pertumbuhan ekonomi kita nggak sampai minus). 

Tapi kalau anda sudah mengalami trading di tahun tersebut, anda pasti merasakan kejatuhan IHSG yang cukup drastis. Tahun 2020, kita juga meghadapi kondisi ekonomi yang memasuki resesi di mana kuartal 2 / 2020, pertumbuhan ekonomi minus hingga -5,43% dan pertumbuhan ekonomi mayoritas negara barat juga sudah menuju ke arah resesi. 

Ketika kondisi ekonomi sedang lesu disertai kejatuhan IHSG, IHSG tetap tidak akan turun setiap hari.  Pasti ada kenaikan alias technical rebound jangka pendek di tengah penurunan market. Contohnya anda bisa lihat pada chart IHSG berikut: 
IHSG
Kejatuhan IHSG hampir 40% dalam kurun waktu 3 bulan (tanda persegi) sebagai akibat wabah Virus Corona 2020. Namun setelah kejatuhan yang cukup dalam, IHSG akhirnya mengalami technical rebound (tanda panah). Di dalam technical rebound, tetap ada penurunan2 drastis. 

Setelah IHSG jatuh karena crash market atau lesu dan technical rebound, biasanya banyak trader berpikir bahwa IHSG sudah mulai pulih, tekanan jual mulai reda, kondisi mulai membaik, sehingga banyak trader yang akhirnya membeli saham dalam jumlah besar. 

Perlu anda ketahui bahwa technical rebound bukanlah cerminan bahwa IHSG sudah mulai membaik, ataupun pertanda kondisi ekonomi Indonesia mulai pulih. 

Seperti yang kita bahas sebelumnya, penurunan IHSG tidak terjadi setiap hari. Pasti ada momen-momen naik jangka pendek. Tetapi jika belum ada sentimen2 positif atau tanda-tanda pemulihan ekonomi, maka membeli saham dalam jumlah besar akan semakin berisiko. 

Dalam kondisi crash market atau strong bearish. Dalam kondisi IHSG masih banyak sentimen negatif dan belum pulih, biasanya akan terjadi volatilitas harga saham yang cukup tinggi. 

Saham-saham yang turun banyak akan naik dengan cepat. Namun jangka waktunya tidak bertahan lama, hanya satu-dua hari, sampai satu mingguan (kalau memang IHSG bisa rebound lebih lama). 

RISIKO TRADING SAAT IHSG JATUH 

Kondisi pertumbuhan ekonomi yang lagi jelek, politik tidak kondusif, ekonomi dunia guncang, maka akan ada banyak hal diluar dugaan kita. 

Mungkin anda berpikir IHSG rebound berarti saham2 mulai bagus. Padahal ketika muncul berita2 negatif, atau bahkan resesi, disitulah IHSG bisa down lagi ke level yang jauh lebih rendah. 

Kalau anda sudah terlalu percaya diri beli saham dengan jumlah banyak padahal kondisi IHSG dan fundamental negara masih jelek, sewaktu-waktu jika anda belum sempat menjual saham, dan saham-saham lanjut turun lagi, saham anda bisa nyangkut dalam jumlah besar. 

Jadi saya berpesan pada rekan-rekan trader, supaya anda jangan mudah terbawa euforia saat IHSG lagi naik, padahal IHSG sebenarnya masih berpotensi jatuh (Kenaikan IHSG hanya karena faktor teknikal, belum mencerminkan fundamental ekonomi). 

PELUANG TRADING SAAT IHSG JATUH 

Di saat IHSG sedang jatuh, tetap ada peluang trading. Peluang trading tersebut bisa anda lakukan dengan memanfaatkan tehnical rebound, yaitu memilih saham-saham bagus yang sudah diskon secara teknikal dan berpotensi naik cepat jangka pendek. 

Tapi berhubung kondisi IHSG masih berpotensi jatuh, anda harus menggunakan dua strategi berikut: 

1. Trading jangka pendek / intraday trading 

Terapkan strategi trading jangka pendek jika masih banyak sentimen negatif dan belum ada tanda-tanda pemulihan ekonomi. Karena kenaikan saham-saham secara jangka pendek, biasanya tidak akan bertahan lama. 

Sehingga strategi trading yang paling bagus dalam kondisi seperti ini adalah memanfaatkan saham-saham bagus yang mudah naik / rebound untuk trading cepat. Saya pribadi juga menerapkan strategi ini saat IHSG sedang jatuh. Berikut salah satu contoh transaksi trading harian yang saya terapkan: 



Trading saham ACES di harga 1.550 pada pagi hari dan jual ACES sebagian di harga 1.590 sore hari (hari yang sama). Net profit (setelah dikurangi fee beli dan jual) harian yang didapatkan sebesar 2,13%.

Anda bisa pelajari cara-cara memilih saham yang bagus dan diskon untuk intraday trading disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham.

Strategi trading jangka pendek ini relatif aman untuk mengantisipasi market yang sewaktu-waktu turun lagi akibat sentimen2 negatif lanjutan. 

2. Selalu perhatikan kondisi market global 

Pergerakan indeks Asia, Indeks Wall Street (Indeks Dow Jones, SP500, Nasdaq) juga dapat mempengaruhi pergerakan IHSG. Jika indeks Wall Street jatuh, hal ini juga bisa memberikan dampak pada IHSG.  

3. Membeli saham dengan modal lebih kecil 

Technical rebound disebabkan karena faktor analisa teknikal yang sudah jenuh jual. Hal ini bukan pertanda kondisi ekonomi membaik. Jadi selama belum ada sentimen2 positif yang bisa menggerakkan market, sebaiknya anda gunakan modal kecil dulu buat trading. Hindari euforia yang akhirnya justru membahayakan karir trading anda sendiri.

Risiko-risiko dan tips trading saat IHSG jatuh ini perlu anda terapkan supaya anda bisa melihat dan menganalisa market dengan sudut pandang yang lebih luas, sehingga keputusan trading anda juga lebih baik. 

Anda bisa pelajari juga strategi-strategi trading ketika IHSG strong bearish, termasuk cara-cara analisa dan memilih saham yang baik ketika IHSG jatuh disini: Ebook Saham New Edition: Strategi Trading Saat IHSG Bearish.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.