Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Membeli Saham Undervalue

Saham undervalue merupakan saham-saham yang harganya murah secara fundamental. Cara melihat saham2 undervalue bisa anda lihat melalui analisa rasio sederhana, yaitu Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). 

 

Anda bisa pelajari contoh menghitung valuasi saham sederhana disini: Valuasi Saham: Price Earning Ratio & Price to Book Value. Saham yang valuasinya murah (undervalue) adalah saham-saham yang menarik dibeli oleh investor karena saham undervalue adalah saham2 yang sudah terdiskon. 

Ibarat anda membeli barang-barang diskon di supermarket. Barang2 yang saat itu sedang diskon apalagi barang2 kebutuhan pokok, pasti akan lebih banyak diborong ketimbang pada saat tidak ada diskon / harga normal. 

Pada saat barang2 lagi diskon, anda pasti tertarik membeli barang dalam jumlah lebih banyak.Konsep ini juga sama dengan saham undervalue. 

Suatu saham dikatakan undervalue jika valuasi sahamnya berada dibawah rata-rata sektor industrinya. Kalau kita mau telusuri lagi, saham yang sudah undervalue itu biasanya ketika PER-nya sudah turun jauh dibawah PER sebelumnya. 

Katakanlah PER saham BBRI adalah 20 kali. Karena sahamnya turun terus, PER BBRI jadi hanya sekitar 5 kali. Maka PER ini dapat dikatakan murah, apalagi jika PER BBRI berada dibawah sektor industrinya.  

Pertanyaannya: "Apakah semua saham yang lagi undervalue itu menarik buat dibeli?"

[Pelajari juga full praktik analisis fundamental untuk mencari saham2 bagus jangka panjang, bedah laporan keuangan dan strategi value stock disini: Ebook Analisis Fundamental Saham (302 halaman)]. 

Banyak juga saham yang secara valuasi sudah murah, katakanlah PBV-nya sudah dibawah 1, atau PER-nya hanya 3-5 kali jauh dibawah rata2 sektor industrinya, tapi harga sahamnya tidak naik. 

Oleh karena itu, membeli saham undervalue juga harus menggunakan strategi. Kita bisa simpulkan bahwa tidak semua saham undervalue layak untuk diinvestasikan jangka menengah - panjang. 

Saham-saham yang sudah undervalue memang punya potensi naik lebih cepat. Namun anda harus memilih saham undervalue yang tepat. Jika anda ingin membeli saham undervalue, anda bisa pertimbangkan untuk memilih saham-saham dengan kriteria berikut: 

1. Saham blue chip yang lagi undervalue 

Saham blue chip adalah saham2 yang kinerjanya bagus, sehingga ketika harganya sudah murah secara valuasi, saham2 blue chip akan lebih diminati oleh investor. Anda bisa perhatikan saham2 sekelas TLKM BBCA BBRI BMRI BBNI ASII INDF ICBP ketika sahamnya sudah anjlok dan valuasinya rendah, saham2 ini akan diincar. 

Saham2 blue chip yang sudah jatuh dan undervalue, harganya lebih cepat naik. Jadi kalau banyak saham yang sedang undervalue, prioritaskan untuk koleksi di saham2 blue chip.

Saham Undervalue

Contoh saham blue chip BBRI yang harganya sudah jatuh ke 2.500 dan sahamnya mulai undervalue, maka ketika market naik lagi, saham BBRI banyak dikoleksi, sehingga harganya naik tajam dalam beberapa bulan.  

2. Saham yang fundamental dan teknikalnya bagus 

Sesuai artinya yang sudah kita bahas di paragraf pertama, saham undervalue merupakan saham yang murah SECARA FUNDAMENTAL. Jadi perusahaan yang kinerjanya bagus, teknikalnya juga bagus (likuid, banyak diperdagangkan) sahamnya jauh lebih menarik ketika harganya sudah murah. 

Investor saham biasanya akan mengincar saham2 yang kinerjanya bagus, terdiskon dan banyak ditransaksikan. Saham2 non blue chip (lapis dua) yang fundamentalnya bagus seperti PWON PTBA ITMG bisa anda pertimbangkan untuk koleksi ketika sahamnya sudah undervalue. 

SAHAM UNDERVALUE, TIDAK SEMUA MENGUNTUNGKAN 

Jadi jika anda ingin membeli saham undervalue, anda juga harus pertimbangkan analisa fundamental dan teknikalnya. Kalau anda tidak banyak waktu menganalisa, anda bisa prioritaskan memilih saham2 blue chip itu tadi. 


Kalau saham valuasinya murah, tapi perusahaannya rugi terus, sahamnya tidak likuid (saham gorengan) dan sedikit ditransaksikan, utang-nya gede, maka ini bukanlah tipe saham yang menarik untuk jangka menengah - panjang. 

Contohnya seperti kasus saham AISA yang pernah turun tajam setelah terkena kasus penjualan beras oplosan, dan manajemen terbukti 'menggelembungkan' laporan keuangan hingga Rp4 triliun.

Pada saat saham AISA jatuh, secara valuasi sahamnya memang sudah murah sekali, di mana PBV-nya dibawah 1. Tapi karena fundamentalnya bermasalah, investor tidak tertarik untuk mengangkat sahamnya. Kita pernah bahas juga disini: Belajar Dari Kasus Saham AISA. 

Jadi dalam analisa fundamental, jangan hanya melihat saham-saham yang undervalue, tetapi harus didukung juga dengan kinerja yang bagus. Valuasi saham bisa menjadi indikator anda untuk investasi atau trading jangka menengah, namun valuasi saham adalah 'indikator tambahan'. Kinerja fundamental, chart yang bagus adalah faktor utama yang juga perlu anda perhatikan. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.