Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Bandar Saham: Semua Saham ada Bandarnya

Bandar saham merupakan sekumpulan orang atau perusahaan (sekuritas) yang punya modal besar dan punya kemampuan untuk menggerakkan saham-saham yang ingin ditradingkan. 


Wah kedengarannya powerful sekali si bandar saham ini... Tapi kalau kita bicara bandar saham, biasanya bandar saham identik dengan saham-saham gorengan. 

Hal ini karena saham gorengan adalah saham-saham yang tidak likuid, market cap-nya kecil, pergerakan harga sahamnya tidak stabil, sehingga bandar saham dapat menaik-turunkan ('menggoreng') sahamnya dengan mudah. 

[Trader saham yang ingin mendalami analisa bandarmologi saham full praktik, analisa broker summary dengan kombinasi analisa teknikal untuk trading decision, anda bisa perdalam analisa-analisanya disini: Ebook Bandarmologi Saham Pemula - Expert].

Pernah saya membaca saran trader saham yang mengatakan seperti ini: "Jangan beli saham gorengan, banyak bandarnya. Lebih baik beli saham-saham blue chip saja, sahamnya nggak banyak digerakkan bandar seperti saham gorengan."

Banyak trader berpendapat kalau saham gorengan (saham2 lapis tiga) rentan 'digoreng' bandar, sedangkan saham2 likuid seperti saham2 Indeks LQ45 sahamnya nggak banyak digerakkan oleh bandar, namun murni dari permintaan penawaran para trader ritel. 

Benarkah bandar saham hanya 'main' di saham-saham gorengan yang market cap-nya kecil?  

Saya pribadi kurang setuju dengan anggapan kalau bandar hanya ada pada saham2 gorengan. SEMUA SAHAM ADA BANDARNYA. Nggak peduli saham gorengan, saham-saham lapis dua, bahkan saham blue chip sekalipun, bandar saham selalu ada. 

Adanya bandar saham sebenarnya justru membuat suatu saham jadi lebih ramai dan likuid. Karena sesuai artinya tadi, bahwa bandar saham adalah sekumpulan orang atau perusahaan yang PUNYA MODAL BESAR untuk menggerakkan saham. 

Intinya, semakin besar modal yang bandar punya, semakin besar juga kemampuan bandar untuk menggerakkan suatu saham.  

Jadi bandar saham itu juga ada tingkatan / level-nya. Ada bandar kecil (perorangan atau beberapa orang / komunitas). Ada bandar institusi lokal. Ada bandar asing yang modalnya paling gede. 

Kita juga sudah pernah bahas disini tentang level2 bandar saham di market Indonesia: Bandar Saham: Bandar Saham Indonesia.  

SEBERAPA KEMAMPUAN BANDAR SAHAM?

Selain itu, kemampuan bandar saham untuk menggoreng saham juga berbeda-beda. Anda mungkin bertanya: 

"Kalau memang semua saham ada bandarnya, kenapa saham gorengan bisa naik turun 20% lebih dalam beberapa menit? Sedangkan saham blue chip jarang sekali ada yang naik turun dalam waktu singkat?" 

Prinsipnya, semakin likuid suatu saham, semakin sulit bagi bandar untuk "mengatur" harga saham sesuai keinginannya. Demikian juga sebaliknya. 

Bayangkan saham dengan market cap Rp5 triliun vs saham market cap Rp80 triliun. Pasti akan jauh lebih mudah menggoreng saham yang market cap-nya kecil, apalagi kalau harga sahamnya sangat kecil (rendah). 

Karena tidak dibutuhkan modal yang terlalu besar untuk menggoreng sahamnya. Itulah kenapa saham2 gorengan bisa dengan mudah naik turun puluhan persen dalam sehari. Soalnya market cap-nya kecil, likuiditasnya rendah. 

Tidak dibutuhkan modal jumbo untuk menggoreng sahamnya. Sehingga, saham-saham market cap kecil biasanya dikuasai oleh bandar saham perorangan atau komunitas (yang terkadang juga tergabung di grup2 saham). 

Modal bandar perorangan pasti jauh lebih kecil dibandingkan perusahaan / institusi, sehingga bandar perorangan lebih banyak mengincar saham2 gorengan (small cap), karena lebih mudah 'digoreng' sahamnya.

Sedangkan bandar yang level modalnya lebih besar, dalam hal ini adalah institusi, pasti akan mengincar saham2 yang market capnya lebih besar juga. 

Tapi karena saham2 market cap besar, terutama saham blue chip itu yang mentradingkan sangat banyak, di mana saham2 blue chip ditradingkan oleh banyak para trader ritel, maka semakin sulit sahamnya untuk digoreng bandar. 

Pasti ada permintaan penawaran yang besar di saham2 blue chip. Akan ada tarik ulur harga antara keinginan bandar asing, bandar lokal dan para trader ritel yang jumlahnya sangat banyak. 

Sehingga, walaupun pada akhirnya bandar saham dapat menaik-turunkan saham2 market cap besar, tapi kemampuan bandar untuk menggoreng saham2 middle-big caps jauh lebih terbatas dibandingkan bandar2 kecil yang menaik-turunkan saham gorengan. Karena di saham2 middle-big caps, terjadi tarik ulur permintaan penawaran market. 

BANDAR SAHAM BISA MENGUNTUNGKAN ANDA 

Hilangkan persepsi bahwa bandar saham itu kejam, selalu merugikan trader. Ingat bahwa BANDAR SAHAM itu nggak 100% buruk. Justru adanya bandar saham bisa membuat saham-saham bisa menjadi lebih atraktif di market. 

Bayangkan kalau saham tidak ada bandarnya sama sekali. Maka saham2 harganya nggak akan atraktif dan likuid. Apalagi bandar-bandar di saham lapis dua dan saham blue chip justru menguntungkan anda. 

Karena dengan adanya "perang harga" permintaan dan penawaran antara para trader perorangan, bandar lokal dan bandar asing akan menciptakan pola-pola harga saham yang tercermin dalam grafik sahamnya. Sehingga analisa teknikal (grafik) bisa anda jadikan acuan buat analisa teknikal, entry buy dan entry sell. 

Bandar saham

Anda bisa perhatikan salah satu grafik saham blue chip diatas yaitu saham BBRI, di mana grafik harga sahamnya membentuk pola2 support resisten.  

Pola2 grafik ini sebenarnya merupakan cerminan dari psikologis market, yaitu berasal dari adanya permintaan dan penawaran market. Adanya bandar saham dan permintaan penawaran pasar membuat harga saham menjadi lebih likuid dan membentuk suatu pola2 yang dapat anda analisa.

Saham-saham yang bagus saat harganya turun, maka para 'pemain besar' yang melihat saham diskon pasti akan memborong sahamnya, sehingga bisa naik lagi. Disinilah keuntungan dari adanya bandar saham.   

Tapi memang tidak semua bandar saham itu menguntungkan. Banyak bandar-bandar kecil di saham gorengan yang memang sengaja mengajak trader2 ritel untuk membeli saham karena para bandar ingin 'banting harga'. Sehingga trader ritel yang masuk di harga tinggi, sahamnya akan nyangkut.  

Nah, kita sebagai trader juga harus BIJAKSANA dalam memilih saham. Pilihlah saham-saham yang memang likuid dan pergerakannya dapat mencerminkan mekanisme market yaitu saham2 lapis dua atau saham blue chip. 

Kalau anda merasa bahwa bandar saham itu sering merugikan trader, so hindarilah memilih saham2 gorengan yang market cap-nya kecil. Baca juga: Kenali Saham Gorengan di Indonesia. 

Karena grafik saham-saham gorengan sulit dianalisa dengan teknikal. Pergerakan saham2 gorengan lebih banyak 'diatur' bandar saham. 

Kesimpulannya, semua saham ada bandarnya, bukan hanya saham gorengan saja. Tetapi adanya bandar saham seringkali justru menguntungkan trader, karena saham membuat suatu saham menjadi lebih atraktif. Jadi sebenarnya kita nggak perlu memusingkan keberadaan bandar, atau menghindari bandar saham. 

Tugas kita sebagai trader adalah mencari saham2 yang pola pergerakannya bagus, ada potensi naik dan menguntungkan untuk trading. Pelajari juga: Full Praktik Screening Saham Bagus. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.