Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Perbedaan Saham Blue Chip dan LQ45

Beberapa waktu lalu, saya dapat pertanyaan cukup menarik dari rekan trader. Trader bertanya: Bung Heze, apa bedanya saham blue chip sama saham LQ45?


Anda mungkin juga sering mendengar bahwa saham-saham blue chip itu adalah saham-saham yang ada di indeks LQ45 itu sendiri. Apakah benar saham-saham di indeks LQ45 bisa dianggap sebagai saham blue chip?

PERBEDAAN SAHAM BLUE CHIP DAN LQ45 

Indeks LQ45 memang adalah indeks saham yang paling terkenal di Indonesia. Karena LQ45 berisi 45 saham yang punya likuiditas paling tinggi di Bursa Efek, sehingga mayoritas pergerakan saham LQ45 memiliki korelasi positif IHSG. 

Mayoritas saham blue chip sendiri selalu konsisten masuk di indeks LQ45. Misalnya saham BBRI, INDF, BBCA, UNVR, BBNI, BMRI, ASII, TLKM, HMSP, GGRM semua termasuk dalam kategori saham blue chip yang punya kinerja mapan dan merupakan market leader di sektor industrinya.

Jika anda perhatikan selama beberapa tahun kebelakang, saham-saham tersebut selalu masuk di indeks LQ45. Lihat juga daftar saham LQ45 terbaru disini: Daftar Saham Indeks LQ45 Terbaru. 

Tapi jangan salah menginterpretasikan bahwa saham LQ45 = saham blue chip. Karena tidak semua saham LQ45 adalah saham-saham blue chip. 

Walaupun mayoritas saham blue chip selalu masuk di indeks LQ45, tetapi banyak juga saham LQ45 yang bukan masuk dalam kategori saham blue chip. Ada beberapa hal mengapa tidak semua saham di indeks LQ45 adalah saham blue chip:  

1. Tidak semua saham LQ45 kinerja fundamentalnya bagus

Faktanya, ada juga saham-saham LQ45 yang bukan merupakan market leader di sektor industrinya. Bahkan ada juga saham-saham LQ45 yang kinerjanya kurang cemerlang. 

Misalnya saham TRAM, MYRX, BUMI.. Saham-saham ini pernah masuk di indeks LQ45, padahal bukan merupakan market leader di sektor industrinya dan company size, pertumbuhan laba tidak terlalu tinggi. 

Saham-saham tersebut masuk di indeks LQ45 karena faktor likuiditas yang tinggi. Tapi setelah saham2 tersebut tidak se-likuid sebelumnya, apalagi saham2 seperti MYRX, TRAM yang bermasalah dengan tata kelola, maka perusahaan2 tersebut akhirnya keluar dari Indeks LQ45. 

2. Indeks LQ45 lebih menekankan likuiditas 

Indeks LQ45 lebih menekankan faktor likuiditas saham, sesuai namanya Liquid 45. Jadi, banyak saham lapis dua yang masuk di indeks LQ45 karena saham-sahamnya memang tergolong likuid. Contohnya seperti PWON, ACES, MNCN, CTRA, ADRO, MDKA.

Fundamental juga menjadi kriteria suatu saham masuk di Indeks LQ45. Namun likuiditas dan market cap adalah faktor utama. Lalu kenapa banyak saham blue chip masuk di indeks LQ45? 

Karena perusahaan blue chip adalah perusahaan yang mapan di sektor industrinya. Mapan disini dalam arti kinerjanya bagus, brand image sudah ternama (market leader) dan juga UNGGUL dari sisi KAPITALISASI PASAR alias likuid. 

Itulah kenapa saham2 blue chip biasanya masuk di indeks LQ45, karena likuiditasnya yang tinggi. Sehingga dengan pengaruh saham-saham blue chip yang masuk di Indeks LQ45, Indeks LQ45 bisa memberikan korelasi positif terhadap IHSG. Saat IHSG naik, indeks LQ45 biasanya juga naik dan sebaliknya. 

Coba anda perhatikan saham-saham big caps seperti UNVR, ASII, BBCA, BBRI. Sedikit pergerakan saham2 tersebut bisa memberikan pengaruh besar ke IHSG.

3. Saham blue chip bisa saja tidak masuk indeks LQ45 

Mayoritas saham blue chip masuk di Indeks LQ45, tapi ada juga yang tidak. Misalnya saham Astra Agro Lestari (AALI) yang merupakan market leader di sektor CPO. AALI selama beberapa periode pernah masuk di Indeks LQ45. 

Tapi AALI juga pernah terdepak dari indeks LQ45. Bukan karena kinerjanya jelek. Tapi karena kalah likuid dengan beberapa saham lainnya yang merupakan calon pendatang baru LQ45. 

Namun dengan keluarnya AALI dari indeks LQ45, hal ini sama sekali tidak memberikan pengaruh pada kinerja AALI. Selama kinerjanya bagus dan bisa jadi market leader, AALI tetap dapat dikatakan saham blue chip. 

Contoh lainnya adalah saham blue chip CPIN di sektor industrinya. Secara kinerja, CPIN sangat unggul di sektornya. Namun baru belakangan ini CPIN masuk di indeks LQ45, karena transaksinya semakin likuid.  

Kesimpulannya, saham blue chip dan saham LQ45 itu tidak sama. Mayoritas saham blue chip menjadi bagian dari indeks LQ45. Tetapi tidak semua saham LQ45 adalah saham blue chip. Mayoritas saham LQ45 adalah saham2 lapis dua yang likuid. 

Karena kriteria utama pemilihan saham2 LQ45 diambil dari likuiditas transaksinya, bukan hanya dilihat berdasarkan kinerja fundamental. Sedangkan saham blue chip lebih mengutamakan kinerja fundamental dan keunggulan perusahaan di sektor industrinya.

Yap, menurut saya pribadi, saham2 blue chip hanya merupakan bagian kecil dari indeks LQ45, yang bisa kita gambarkan sebagai berikut: 

Perbedaan saham blue chip dan LQ45

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.