Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Penyebab Harga Saham Turun Terus

El Heze

Ada banyak penyebab harga saham turun. Di pasar saham, tentu tidak mungkin saham terus mengalami kenaikan. Pasti ada penurunan. Pasti ada koreksi. Tetapi sebagai trader, anda juga perlu mengetahui penyebab penurunan harga saham. 


Koreksi alias penurunan harga saham karena harganya sudah naik tinggi sebelumnya adalah sesuatu yang wajar. Semua saham pasti akan mengalami koreksi. Karena tidak ada saham yang harganya naik terus menerus. 

Ada beberapa penyebab harga saham turun. Selain karena koreksi, saham bisa turun karena sedang ada sentimen negatif di sektornya, sahamnya tidak likuid (lebih banyak permainan bandar2 kecil di saham terseburt), atau karena marketnya lagi jelek, sehingga membuat mayoritas saham harganya jatuh. 

Tetapi pernahkah anda menemukan perusahaan yang kinerja fundamentalnya bagus, sahamnya likuid namun harga sahamnya justru sama sekali tidak atraktif? 

Rasanya kalau saham2 yang fundamentalnya bagus dan likuid, harusnya saham tersebut bagus punya pergerakan teknikal yang menarik juga. Kalaupun sahamnya turun, penurunannya karena koreksi biasa. 

Faktanya, saya beberapa kali menemukan saham yang kinerja fundamentalnya bagus, bahkan tergolong saham blue chip, namun pergerakan harganya jauh dari harapan. Padahal biasanya saham-saham tersebut teknikalnya cukup bagus. 

Saham2 yang fundamentalnya bagus, namun tiba-tiba harga sahamnya cenderung turun atau sideways, biasanya terjadi karena: PENURUNAN KINERJA FUNDAMENTAL. Atau sektor usahanya sedang lesu. 

Yap, penurunan kinerja fundamental, terutama PENURUNAN LABA BERSIH di periode kuartal atau laporan tahunan terakhir inilah yang sering menjadi faktor paling besar mengapa para trader dan investor banyak menjual saham tersebut. 

Hal ini pada akhirnya membuat harga saham tersebut menjadi tidak menarik (untuk sementara waktu). 

Apa contohnya Bung Heze? Tanya anda. 

Kasus seperti ini pernah terjadi di saham Telkom (TLKM). Kita semua tidak meragukan brand image Telkom yang sangat baik di masyarakat. Produk layanan internet Telkom juga selalu dibutuhkan oleh masyarakat. 

TLKM juga merupakan market leader di sektor industrinya, baik dari segi fundamental (kinerja), company size dibandingkan perusahaan2 di satu sektornya seperti EXCL dan FREN. 

Namun suka tidak suka, saham TLKM juga pernah mengalami tren sideways dan harganya nyaris nggak bergerak. Anda bisa perhatikan chart saham TLKM berikut: 

Saham TLKM

You see? 

Ada pola sideways panjang dengan rentang harga sempit yang terjadi selama beberapa bulan di saham TLKM. Selain itu, secara tren, saham TLKM juga cenderung downtrend, di mana harganya terus turun dari 3.500 ke 2.700 dalam kurun waktu 6 bulan. 

Padahal TLKM digadang-gadang menjadi salah satu perusahaan yang bakalan mencetak kenaikan laba, karena saat itu sedang ada wabah pandemi Virus Corona, di mana banyak orang work from home. Banyak orang yang lebih memilih di rumah daripada beraktivitas di luar rumah. 

Sehingga, diprediksi pengguna layanan internet akan meningkat signifikan selama masa pandemi. Namun, faktanya berbanding terbalik. Saham TLKM justru cenderung turun dan sideways di masa pandemi. 

Ternyata setelah saya analisa lebih lanjut, laba bersih TLKM selama masa pandemi justru turun selama dua kuartal berturut-turut (kuartal I dan II). Perhatikan laporan keuangan TLKM selama kuartal II: 

Penyebab harga saham turun

Catatan: Laba bersih dalam miliaran Rupiah. 

Penurunan laba bersih ini membuat investor dan trader akhirnya pesimis, sehingga arus dana keluar (net sell) justru semakin besar, yang akhirnya berpengaruh pada chart sahamnya. 

Biasanya saham2 blue chip yang turun terus dan sideways lama itu dikarenakan banyak net sell asing yang terjadi dalam periode tertentu. Hal ini membuat sahamnya menjadi kurang atraktif (cenderung sideways dan turun). 

Lalu, apa yang sebaiknya anda lakukan jika menemukan saham yang trennya turun karena terjadi penurunan fundamental pada kuartal tertentu?

Menurut saya pribadi, perusahaan2 blue chip yang mengalami penurunan laba pada periode tertentu, biasanya di periode2 selanjutnya bisa bangkit lagi. Yap, namanya juga bisnis, penurunan laba bersih bisa dialami oleh setiap perusahaan. 

Asalkan penurunan laba bersih tidak terjadi secara signifikan, misalnya perusahan tiba2 rugi bersih. Atau terjadi masalah besar di perusahaan yang menyebabkan Good Corporate Governance menjadi jelek, maka cepat atau lama saham2 tersebut biasanya akan bangkit lagi. 

Sehingga hal ini bukanlah sesuatu yang perlu terlalu anda khawatirkan. Untuk jangka pendek, sebaiknya anda hindari dulu sahamnya, sampai mulai terlihat ada perubahan tren, dan sahamnya jadi lebih likuid. Karena itu artinya para trader dan investor sudah mulai bergairah untuk koleksi saham tersebut.   

Tapi kalau kita perhatikan, saham2 bagus yang harganya turun terus, biasanya harganya sudah cukup murah secara teknikal. 

Sehingga anda juga bisa manfaatkan untuk trading dengan mengambil range profit yang tidak terlalu besar (ambil untung beberapa poin, sampai 1-2%) ketika sahamnya mulai rebound.

Namun berhubung trennya masih belum terlalu bagus, untuk anda yang ingin trading di saham2 yang trennya turun karena fundamental, jangan membeli saham dengan porsi terlalu besar.   

Penurunan harga saham seperti ini bukan hanya terjadi sekali. Hal ini juga pernah terjadi di beberapa saham chip seperti Unilever dan Astra International (ASII). Kedua saham ini biasanya punya pergerakan bagus. 
 
Karena terjadi penurunan laba bersih, sahamnya cenderung turun dan sideways. Tetapi ketika laba bersihnya sudah mulai naik lagi, maka kedua saham tersebut trennya bisa naik, dan sahamnya banyak diborong lagi.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.