Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Perusahaan (Saham) yang Bertahan Saat Krisis

Pada saat terjadi lesu, resesi maupun krisis ekonomi, hampir semua sektor usaha akan mengalami penurunan laba dan permintaan market. Hal ini wajar, karena saat terjadi krisis, daa beli masyarakat juga turun. 



Sebagaimana kita tahu bahwa ekonomi tidak selamanya naik terus. Ada masa stagnan bahkan penurunan hingga menyebabkan resesi, bahkan krisis. Di masa-masa resesi ini, sektor usaha banyak yang lesu. 

Bunga deposito turun, kredit turun, daya beli turun. Namun tetap saja ada sektor perusahaan yang bisa bertahan bahkan bertumbuh ketika berada dalam masa-masa krisis. 

Sebagai trader terutama investor saham, tugas anda adalah mencari perusahaan-perusahaan yang tetap bisa bertahan bahkan berkembang saat krisis.   

Ada beberapa kriteria perusahaan yang mampu bertahan pada saat terjadi krisis ekonomi. Apa saja itu? 

1. Perusahaan yang produknya dibutuhkan masyarakat banyak 

Produk-produk consumer goods khususnya makanan dan minuman akan tetap dikonsumsi semua orang walaupun dalam keadaan ekonomi lesu. Karena produk konsumsi adalah kebutuhan utama. Dalam keadaan apapun, orang tetap membutuhkannya. 

Selain itu, produk-produk kebutuhan umum seperti sabun, sampo, pasta gigi juga tetap dibutuhkan oleh semua orang. Contohnya seperti mi instan (Indofood). Produk konsumsi mi instan selalu dibutuhkan dalam keadaan krisis ataupun tidak. 

Produk sampo, sabun dan kebutuhan2 umum rumah tangga (salah satunya diproduksi perusahaan Unilever), juga selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Produk obat-obatan juga tetap dibutuhkan semua orang. 

Sehingga, dalam keadaan krisis, perusahaan akan tetap bertahan. Kalaupun harga sahamnya turun (karena faktanya nggak ada saham yang kebal koreksi), maka saham-saham tersebut umumnya akan lebih cepat naik lagi dibandingkan saham perusahaan yang benar-benar terpuruk lama saat krisis. 

Potensi perusahaan kebutuhan pokok untuk bangkrut ketika krisis juga sangat kecil, karena produk2nya tetap dikonsumsi. 

2. Perusahaan yang produknya dibutuhkan saat krisis 

Ada sektor perusahaan yang produknya justru melesat ketika krisis. Contohnya di tahun 2020 saat terjadi wabah virus Corona, hampir semua sektor usaha lesu. Namun sektor farmasi (obat-obatan), produknya justru dibutuhkan masyarakat.

Perusahaan Kalbe Farma, Indo Farma, Kimia Farma yang menjual obat, vitamin, dan vaksin covid akan berpotensi kebanjiran order di saat masa pandemi, sehingga harga sahamnya justru cenderung naik saat ekonomi sedang lesu.  

3. Perusahaan yang tingkat utangnya sehat 

Perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio (DER), yaitu perbandingan utang dan ekuitas yang kecil (dibandingkan rata-rata sektor industri) adalah perusahaan yang relatif aman dari risiko pailit ketika krisis. 

Dalam kondisi krisis, perusahaan yang punya utang jangka pendek sangat besar akan berisiko terkena gagal bayar (pailit). Karena dengan menurunnya kinerja dan pencapaian laba, perusahaan otomatis akan kesulitan untuk membayar kewajibannya yang sangat besar.

Oleh karena itu, kalau anda ingin investasi saham, anda juga harus memperhatikan DER perusahaan. DER yang tidak sehat akan berbahaya bagi perusahaan, terutama dalam masa-masa krisis ekonomi. 

Tapi kalau DER perusahaan kecil, perusahaan tidak perlu mengkhawatirkan pelunasan-pelunasan ke kreditor walaupun omzet perusahaan sedang mengalami penurunan. 

4. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman 

Perusahaan yang mampu beradaptasi, dapat berinovasi adalah perusahaan yang akan tetap bertahan ketika krisis. Dalam keadaan krisis, kondisi bisnis / dunia usaha pasti tidak akan berjalan normal. 

Jika perusahaan bisa "memutar otak" untuk tetap beradaptasi, maka ketika krisis mulai reda. Ekonomi mulai stagnan (tidak turun lagi). Maka saham-saham perusahaan tersebut biasanya bisa naik lagi. 

Contohnya perusahaan Telekomunikasi (TLKM) yang tetap mengembangkan inovasi, teknologi2 baru dan layanan internet walaupun dalam keadaan ekonomi yang sedang kurang bagus. Inovasi2 ini akan membuat perusahaan tetap bisa beradaptasi. 

INVESTASI DAN TRADING SAAT KRISIS 

Sebagai investor saham, anda harus bisa mencari perusahaan2 yang bertahan saat krisis. Kalau anda ingin 'main aman', pilihlah saham2 yang defensif itu tadi yaitu saham2 yang produknya tetap dibutuhkan pada saat terjadi krisis. 

Namun kalau anda ingin mencari saham-saham multi bagger, yaitu saham2 yang berpotensi memberikan profit besar setelah krisis berakhir, atau saham2 yang tetap memberikan potensi besar saat krisis, maka carilah saham2 dengan kriteria seperti diatas.

Sedangkan kalau anda ingin trading saham ketika IHSG jatuh, maka manfaatkanlah trading jangka pendek (trading cepat). Karena ketika IHSG jatuh, maka strategi trading mingguan biasanya kurang efektif. Memanfaatkan saham2 bagus untuk trading harian, merupakan strategi supaya anda bisa tetap meraih profit. 

Kita sudah bahas praktik2 cara memilih saham untuk intraday trading untuk meraih profit harian disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham. 

Cara-cara ini cocok diterapkan untuk anda yang memang  "kuat" melihat market ketika krisis. Tapi kalau anda adalah tipikal trader / investor yang tidak berani beli saham ketika krisis, maka tunggulah IHSG dan perekonomian mulai membaik, barulah anda mengincar saham2 yang fundamental dan teknikalnya bagus. 

Jadi, pada saat terjadi krisis, sebenarnya justru ada peluang-peluang yang bisa anda ambil untuk meraih profit lebih besar dibandingkan saat kondisi market normal. 

Anda tidak perlu panik, takut dan terbawa arus market. Jika anda bisa melihat peluang, anda melihat dan menganalisa saham-saham yang potensial, baik untuk jangka pendek (trading) maupun jangka panjang (investor).    

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.