Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Saham Paling Murah untuk Trading & Investasi

El Heze
Tidak jarang kita menemukan trader yang mencari saham-saham sangat murah (secara nominal), bahkan mencari saham paling murah untuk trading maupun investasi jangka panjang.  



Kita semua tahu bahwa di pasar reguler, harga saham paling murah secara nominal adalah Rp50 (gocap). Dan untuk pasar saham Indonesia, saham-saham gocap ini jumlahnya cukup mendominasi. 

Di software online trading, anda bisa sort atau urutkan harga saham dari yang paling mahal sampai paling murah. Disitu anda akan menemukan banyak sekali saham di Bursa Efek yang harganya paling murah yaitu Rp50. 

Klik gambar untuk memperbesar

Diatas adalah contoh saham-saham yang harganya gocap. Cukup banyak.. Ya, bahkan tampilan diatas itu hanya beberapa saham saja. Masih banyak lagi saham gocap di Bursa Efek. 

Tidak cuma saham gocap saja. Saham-saham yang harganya mendekati Rp50, misalnya Rp51, Rp55, Rp60 (lihat gambar yang kedua, sebelah kanan) juga termasuk dalam golongan saham yang harganya paling murah. 

Dalam praktikknya, memang banyak trader saham yang suka mengincar saham2 gocap atau saham2 yang harganya mendekati gocap untuk trading jangka pendek, khususnya buat scalping. 

Karena semakin rendah harga saham, jika anda menjual saham anda naik beberapa fraksi harga saja anda sudah dapat profit, walaupun saham-saham yang harganya Rp50 mayoritas adalah 'saham tidur' alias saham yang tidak ditradingkan. 

Tetapi kalau saham yang harganya Rp50 tiba-tiba ditradingkan kembali entah karena ada rumor tertentu atau , sehingga antrian bid lotnya bertambah, maka ketika sahamnya naik ke Rp51-52 dan anda jual, anda sudah untung (setelah dikurangi fee sekuritas anda tetap profit).

RISIKO SAHAM PALING MURAH UNTUK TRADING & INVESTASI 

Meskipun saham harga murah kelihatannya menarik untuk ditradingkan, dan anda juga nggak butuh modal besar untuk beli saham-saham yang murah, tetapi saham-saham murah ini sangat berisiko untuk trader dan investor. 

Mayoritas trader saham yang nekad membeli saham-saham murah, ujungn2nya cut loss atau nyangkut dan nggak bisa jual sahamnya karena harganya turun ke Rp50. Ini menunjukkan bahwa saham murah itu memiliki risiko yang besar. 

Kalau anda ingin beli saham2 yang sangat murah, ada baiknya anda perhatikan beberapa hal berikut: 

1. Likuditas saham-saham murah umumnya sangat rendah

Saham2 yang harganya sangat rendah memiliki likuiditas yang rendah. Anda bisa perhatikan bid offer saham2 seperti DYAN, INDX, MLPL, BUVA dan lain2. Antrian beli jual sahamnya sangat sedikit. Apalagi saham gocap yang mayoritas merupakan 'saham tidur', sahamnya bahkan tidak ditradingkan dalam jangka waktu yang lama. 

Saham murah biasanya jumlah saham beredarnya juga kecil. Itulah yang membuat saham2 tersebut tidak terlalu ramai. Dengan likuiditas rendah, saham tersebut juga cenderung susah untuk naik, sehingga kemungkinan besar anda akan sulit menjual saham anda. 

2. Analisa teknikal sulit digunakan untuk memprediksi saham2 tersebut. 

Dikarenakan likuiditasnya rendah, peminatnya sedikit, maka pola grafik (teknikal) baik support resisten, chart pattern, volume, candlestick saham2 tersebut juga tidak beraturan. Ini adalah salah satu contoh saham BUVA yang harganya hanya Rp57 per saham. 

Harga saham paling murah
Anda bisa lihat candlestick saham tersebut yang acak-acakan. Terkadang harganya terlihat naik tinggi, terkadang turun drastis, terkadang bentuk candlesticknya sangat tipis (karena tidak ada transaksi). Volumenya juga terkadang sangat tinggi, terkadang tidak ada volume. 

Analisa teknikal merupakan senjata utama anda untuk menganalisa dan mengambil keputusan trading. Kalau analisa teknikal suatu saham tidak dapat digunakan memprediksi suatu saham, maka hindarilah saham-saham tersebut. 

3.  Pergerakan harga saham yang sangat tidak pasti 

Saham yang harganya sangat murah / rendah, merupakan incaran bandar saham, terutama oleh bandar-bandar saham kecil. Anda bisa pelajari tipe / jenis bandar di pasar saham: Bandar Saham: Bandar Saham Indonesia. 


Karena saham2 murah sering digorengan oleh bandar, volatilitas harga sahamnya tidak beraturan. Saham2 ini bisa naik puluhan persen dalam waktu menitan. Sebaliknya, sahamnya juga bisa turun puluhan persen hanya dalam hitungan menit. 

Banyak trader yang tergoda membeli saham2 murah karena trader menganggap saham2 tersebut harganya bisa naik cepat, dan saham2 murah bisa dibeli dengan modal kecil. Namun trader tidak menyadari risiko potensial loss dari saham2 murah yang cukup besar. 

Apalagi dengan pola2 saham yang sulit dianalisa, membuat trader membeli saham dengan cara gambling atau menebak.  

4. Saham murah (mendekati gocap) berpotensi jadi 'saham tidur' 

Saham yang harganya sangat murah berpotensi turun lagi menjadi saham tidur (saham gocap) dan tidak ada transaksinya. Risikonya, kalau anda sudah terlanjur beli saham tersebut dan sahamnya tiba2 turun ke Rp50 dan tidak ditradingkan lagi, maka anda tidak akan bisa menjual saham anda di pasar reguler. 

Anda harus menunggu saham anda naik (tapi anda nggak tahu kapan naiknya). Atau anda jual rugi di pasar negosiasi karena di pasar negosiasi, umumnya harga sahamnya bisa dibawah Rp50. 

Kebanyakan saham yang mendekati gocap ini, setelah digoreng bandar, harganya diturunkan lagi ke Rp50 dan bertahun-tahun harganya tidak ditradingkan lagi. Sehingga, risikonya cukup besar untuk anda.   

5. Banyak saham gocap yang fundamental / kinerjanya jelek (sangat berisiko untuk investasi) 

Saham yang harganya sangat rendah biasanya memiliki kinerja fundamnetal yang kurang bagus. Itulah mengapa harga sahamnya cenderung turun terus. Walaupun ada juga "mutiara terpendam", yaitu saham2 yang harganya masih Rp50 tapi sebenarnya kinerjanya baik. Saham2 tersebut umumnya hanya perlu menunggu waktu untuk naik. 

Contohnya dulu pernah terjadi di saham PPRO harganya masih dibawah Rp100 tapi karena fundamentalnya cukup baik, dalam 1-2 tahun harganya naik tinggi. 

Jadi kalau anda ingin investasi saham, jangan hanya investasi dengan melihat saham yang harganya murah. Perhatikan juga fundamental perusahaan. Kalau fundamental jelek, walaupun harganya sudah sangat rendah, hal ini sama sekali tidak menjamin harga sahamnya bisa naik jangka panjang. 

Contoh kasusnya pernah terjadi pada saham BEKS, di mana saham BEKS dulu sempat booming karena banyak yang mengatakan fundamentalnya akan bagus. Padahal secara laporan keuangan masih terus mencetak rugi bersih. 

Anda bisa pelajari ulasan saham BEKS yang pernah saya tulis disini: Analisis Jangka Panjang Saham BEKS. Banyak investor yang nyangkut di saham BEKS karena membeli saham hanya ikut-ikutan tanpa menganalisa fundamentalnya. 

SAHAM MURAH TIDAK SELAMANYA BAGUS 

Dalam trading maupun investasi saham, anda tidak harus mencari saham yang paling murah untuk trading. Dari apa yang sudah kita bahas, kita bisa menyimpulkan bahwa tidak semua saham harga rendah itu bagus. 

"Tapi Bung Heze, modal trading saya cuma Rp200 ribu. Kan nggak bisa beli saham blue chip" Protes anda.

Jika modal anda masih dibawah Rp1 juta, saran saya sebaiknya anda menabung terlebih dahulu. Modal ideal trading saham minimal sebaiknya Rp1-3 juta, supaya anda bisa memilih saham2 yang kualitasnya lebih bagus. Pelajari juga: Modal Ideal Trading Saham. 

Jadi anda nggak hanya melulu cari saham2 harga rendah yang likuiditasnya jelek. Hal ini justru membahayakan portofolio anda sendiri. 

Kalau anda memang ingin mencari saham murah buat trading, saran saya carilah saham murah yang harganya SEDANG DISKON secara analisa. Sehingga, anda tetap bisa membeli saham dengan jumlah yang lebih banyak, karena saham tersebut sudah murah / terdiskon. 

Cara-cara mencari saham diskon / murah yang bagus, yang berpotensi naik bisa anda pelaajri full praktik dan strategi2nya disini: Full Praktik Menemukan Saham Murah & Diskon.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.