Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Saham NUSA: Saham Gorengan yang Anjlok

El Heze
Di pos sebelumnya: Analisa TRAM: Turun dan Balik Gocap, kita sudah bahas tentang saham TRAM, di mana TRAM ini beberapa kali sempat booming dan bahkan menjadi saham "primadona" karena pernah naik dari 50 sampai ke 400. 

Saham serupa juga terjadi pada saham PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA) yang harganya beberapa kali booming karena saham NUSA ini kalau anda sering amati pergerakannya sering naik turun 20% lebih dalam sehari. 

Jadi banyak para spekulan yang mengaku profit besar dan kaya dari saham NUSA ini (meskipun kita nggak tahu apakah faktanya benar seperti itu). Anda bisa perhatikan chart NUSA berikut: 

Saham NUSA
Kalau anda perhatikan chart NUSA, memang NUSA juga pernah digoreng dari 120-an ke 560 hanya dalam kurun waktu dua bulan kurang. So, anda bayangkan kalau anda sudah beli saham itu di 120-an dan jual di 500. 

Tapi anda bisa perhatikan amati lagi pergerakan saham NUSA yang polanya mirip2 dengan TRAM ini (dan beberapa saham gorengan lain yang harganya balik ke gocap). Sahamnya digoreng dulu sampai naik setinggi langit. Lalu perlahan bandar membuang barang sampai harga dikembalikan ke gocap (Rp50) yaitu harga terendahnya. 

Sekarang kita bisa cek laporan keuangan NUSA. Nggak usah analisa jauh2. Kita cek dulu laporan laba ruginya:

Laporan keuangan NUSA
NUSA ternyata selalu membukukan kerugian bersih, di mana pada laporan keuangan tesebut, NUSA selama dua tahun berturut-turut selalu mencetak rugi bersih.

Dari sinipun kita bisa menilai bahwa saham-saham murah yang naik turunnya tidak wajar adalah saham2 yang umumnya tidak sehat secara teknikal maupun fundamental.

Pesan saya, kalau anda mau trading di saham-saham yang pergerakannya seperti NUSA, TRAM ini anda harus sangat disiplin menjalankan take profit dan cut loss. Dan jangan pernah serakah kalau anda sudah profit. 

Kalau anda belum sempat memiliki saham tersebut dan saat itu sahamnya sudah naik tinggi, jangan dikejar sahamnya. 

Karena saham-saham seperti ini memang punya risiko balik ke gocap. Secara fundamental juga tidak sehat. Anda harus ingat prinsip dalam saham: Harga saham akan kembali ke faktor fundamentalnya. 

Masalahnya, kalau sahamnya balik gocap, anda nyangkut dan tidak mau jual sahamnya. Maka portofolio anda akan diisi oleh saham2 jelek yang tidak memberikan keuntungan (saham2 yang perusahaanya rugi juga tidak akan bagi dividen). Bukankah lebih baik menyimpan perusahaan yang sehat? 

Kalau anda menyimpan saham gocap yang tidak memberikan keuntungan apapun, maka hal ini akan merugikan anda. Padahal tujuan anda beli saham adalah supaya dapat untung, kan?

Jadi kalau ada saham yang naik tinggi, padahal fundamentalnya tidak jelas, tidak bagus, maka anda harus lebih berhati-hati. Di pasar saham Indonesia, banyak jenis saham-saham yang menjebak trader-trader ritel.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.