Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Cara Memilih Saham Bagus di Era Milenial

Di era milenial ini, anda harus semakin pintar dalam memilih saham baik untuk trading maupun investasi. Brand / merk yang terkenal di pasaran pun tidak menjamin bahwa harga saham akan naik dalam jangka panjang. 

Kenapa bisa begitu Bung Heze? 

Saya sendiri sudah beberapa kali mengikuti edukasi2 saham untuk pemula, baik yang diadakan sekuritas maupun langsung di pihak IDX (edukasi Yuk Nabung Saham misalnya, dan lain2). Baca juga:  Program Sosialisasi Yuk Nabung Saham. 

Nah, kalau anda sering ikut edukasi2 saham, anda akan sering mendengar kalimat2 yang meyakinkan kita investor awam untuk terjun ke dunia saham. 

"IHSG kita dulu cuma 2.500, sekarang sudah 5.700.. Ini artinya kalau anda investasi dari 10 tahun lalu, return anda sudah ribuan persen bla bla bla".


"Emiten kita yang go public dulu cuma 300-an. Sekarang terus bertambah jadi 650-an, semakin banyak pilihan anda untuk investasi di saham.."

Dan masih banyak lainnya strategi2 yang digunakan untuk menarik minat investor untuk masuk Bursa Efek, termasuk berbagai kemudahan yang ditawarkan pada investor (misalnya kalau dulu penyelesaian transaksi saham T+3, sebentar lagi akan jadi T+2). 

Sekarang pihak Bursa Efek yang bekerja sama dengan sekuritas juga akan menerapkan sistem buka rekening saham yang mudah, jadi hanya beberapa jam setelah buka rekening saham, anda sudah bisa nabung saham. Kalau di zaman penulis, buka rekening efek baru bisa jadi dua minggu sampai satu bulan, plus proses administrasi, tanda tangan harus sama persis dengan KTP, dan lain2 yang bikin ruwet... 

Dibalik semua itu, ada fakta yang harus anda ketahui, bahwa di era milenial ini, dapat untung dari saham tidak semudah seperti yang dikatakan di edukasi2 yang mungkin selama ini juga sering anda ikuti. 

That's ok kalau kemudian BEI bilang IHSG dulu 2.500 sekarang sudah 5.700. Emiten2 yang go public sudah tambah banyak. Anda bisa pilih saham2 yang variatif, dengan produk2nya yang dikenal masyarakat dan sebagainya. 

Namun fakta yang ada tidaklah seindah itu. Memang jumlah saham IPO dalam 2 tahun terakhir terus berkembang, karena sesuai dengan misi Bursa Efek yang ingin mengejar ketertinggalan jumlah saham go public di Indonesia dibandingkan negara2 Asia lain seperti Singapura, Malaysia, Tiongkok. Ya memang kita sudah ketinggalan jauh dibandingkan negara2 Asia lain dalam hal 'kesadaran' perusahaan untuk listing di Bursa. 

Tetapi karena syarat untuk listing juga semakin dipermudah, maka kemudian sebagian besar emiten go public terkesan hanya asal-asalan, dan ujung2nya sahamnya sangat mudah untuk digoreng bandar 

Oleh karena itu, tidak heran kalau sekarang hampir semua perusahaan yang IPO (mau yang produknya sudah terkenal sekalipun seperti Campina, Garuda Food), jumlah saham beredarnya cuma sedikit, sahamnya tidak likuid, dan pergerakan sahamnya sulit sekali dianalisa.

Coba anda perhatikan setiap kali ada saham yang mau IPO, perhatikan beberapa hari pertama, pergerakannya sangat tidak wajar (naik 25% sampai berhari-hari, padahal jumlah lot-nya yang ditransaksikan itu hanya puluhan). Ntar kalau udah satu minggu, harga sahamnya jatuh lagi bahkan bisa balik ke harga IPO-nya. 

Celakanya, banyak trader yang masih hijau di dunia saham, langsung membeli saham yang kelihatannya menarik, beli saham2 yang baru IPO hanya karena ramai dibicarakan, tanpa mempertimbangkan unsur2 penting lainnya seperti likuditas saham tersebut, pergerakan historisnya, analisa teknikal. Padahal di pasar saham hal2 inilah yang harus anda perhatikan pertama sebelum membeli saham. 

Ini artinya, sebagai trader / investor saham di era milenial, anda harus bisa think smart. Jangan asal beli saham. Jangan asal memilih saham. 

Memang grafik tren IHSG dalam jangka panjang selalu naik (bandingkan IHSG sejak tahun 2004 sampai sekarang, anda akan lihat perbedaannya). Memang sekarang jumlah emiten di Bursa Efek terus berkembang tiap tahun sekitar 20-25%. 

Tapi perubahan pasar saham di zaman sekarang, membuat anda harus bisa melakukan analisa lebih lanjut, memilih saham yang benar, agar anda tidak terjebak dalam kerugian. 

Terus gimana caranya pilih saham yang benar, terutama kalau anda masih awam di dunia saham? 

Saran saya, pilihlah saham yang paling tidak, sudah cukup lama melantai di Bursa. Ya misalnya bisa anda lihat saham2 bank gede (BBCA dan kawan2nya). Saham2 LQ45 seperti PGAS, ANTM dan lain2. Anda bisa cari daftar saham2 LQ45 yang bisa anda jadikan panduan untuk trading dan memilih saham.

Dan yang terpenting, pahamilah analisa teknikal. Pahamilah cara bagaimana melakukan pemilihan saham yang benar. Anda harus mengerti bagaimana membedakan saham yang layak trading dan tidak layak ditradingkan. Saya pernah menuliskan materinya disini: Panduan Simpel dan Efektif Memilih Saham Bagus. 

Kalau anda bisa memilih saham2 yang bagus, probabilitas anda untuk dapat profit akan semakin besar, meskipun sekarang banyak saham yang pergerakannya sama sekali tidak murni mencerminkan pergerakan market. 

Saya akui sangat disayangkan di era milenial ini banyak sekali saham2 yang go public, dan banyak diantaranya juga yang produk2nya ternama seperti Garuda Food, Campina dan lain2. Tetapi karena sahamnya banyak yang tidak likuid, maka hal ini justru bisa menjadi bumerang untuk trader. 

So, di era milenial ini, anda harus cerdas untuk memilah-milah saham. Pilih saham yang likuid, dan pilihlah saham2 yang grafiknya bisa dianalisa dengan grafik. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.