Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

IHSG Anjlok: Buy or Wait and See?

El Heze
Jika sering mengamati pergerakan harga saham, anda pasti sering menemukan kondisi di mana IHSG tiba-riba anjlok secara drastis (1% lebih atau bahkan sampai 3%). Kita sebagai pemain saham tidak akan pernah bisa menghindari hal ini, karena pasti ada suatu waktu di mana ketika IHSG bergerak biasa-biasa saja, atau bahkan uptend, tetapi tiba2 IHSG turun sangat dalam. 

Penurunannya bisa terjadi satu hari atau bahkan lebih secara berturut-turut. Ada banyak penyebab kenapa IHSG bisa anjlok secara drastis. Namun dua penyebab umum yang paling sering terjadi adalah: Pertama, IHSG memang sudah naik tinggi sebelumnya, sehingga sangat rawan untuk profit taking dalam waktu cepat (ini yang paling sering terjadi).

Jadi untuk alasan pertama IHSG anjlok ini adalah murni karena KOREKSI PASAR atau biasa kita sebut sebagai koreksi sehat. There's nothing worried about it, karena kalau IHSG naik terus tanpa koreksi justru tidak sehat untuk saham2 kita. 

Kedua, IHSG anjlok karena sedang terjadi berita jelek tentang ekonomi kita, nilai tukar Rupiah melemah, atau karena sentimen negatif luar negeri (yang secara nggak langsung juga berpengaruh terhadap IHSG). 

Tapi yang jadi fokus kita lebih banyak di pos ini bukan 'kenapa IHSG anjlok', tapi pertanyaan selanjutnya adalah:   

Terus kalau IHSG turun seperti itu, kapan reboundnya? Kapan waktu yang tepat untuk membeli lagi? Apakah saham turun sebanyak itu sudah dapat dikatakan diskon besar? 

Memang anda dan saya tidak akan tahu pasti kapan IHSG rebound setelah turun tajam, karena tidak ada yang bisa memprediksi masa depan. Terkadang IHSG turun tajam sehari, tapi keesokan harinya rebound kencang. Trader yang sudah terlanjur memprediksi harga saham akan anjlok lagi keesokan hari, pasti akan ketinggalan momentum.

Nah sepengalaman saya saat IHSG sudah turun tajam lebih dari satu hari, selalu ada sedikit pantulan IHSG, yang mengerek sebagian harga saham walaupun hanya sesaat, sebelum akhirnya IHSG turun lagi. 

Jadi katakanlah IHSG selama jam perdagangan turun sebesar -1,35%. Setelah IHSG turun tajam, penurunan IHSG dalam beberapa menit tiba2 sedikit mereda jadi -0,70%. Bagi anda yang terbiasa trading cepat, anda bisa mengambil momentum ini untuk trading di saham2 yang pergerakannya cepat dan memiliki pengaruh besar ke IHSG. 

Karena saat penurunan IHSG berkurang, akan ada banyak saham yang mulai rebound sesaat sebelum akhirnya turun lagi. Baca juga: Saham yang Cocok untuk Trading Harian. 

Logika sederhananya, anda ikut arus pemain besar. Pada saat penurunan IHSG sedikit mereda, hal ini bisa mengindikasikan banyak trader yang ingin mengambil profit cepat di saham2 tertentu di tengah penurunan IHSG. Kalau anda punya pola pikir yang sama, why not? Anda bisa mencoba trading cepat. 

"Pak Heze, tapi saya kan nggak terbiasa trading cepat. Jadi apakah saya harus wait and see saja?" Tanya anda

Ya, tidak semua trader terbiasa trading cepat, dan tidak semua trader punya banyak waktu untuk melihat saham real time. Solusi pertama ini khusus saya berikan untuk anda yang sudah terbiasa trading cepat. 

Bagi anda yang tidak terbiasa trading cepat, dan ingin menghindari risiko nyangkut saat IHSG masih kebakaran, maka memang cara terbaik adalah WAIT AND SEE. Wait.. Wait... Tapi wait and seenya sampai kapan nih? Ntar IHSG keburu rebound.  

Keputusan untuk wait and see terus-menerus terkadang membuat anda bisa ketinggalan momen ketika IHSG sudah rebound beneran. Pada saat IHSG anjlok beberapa hari inilah bisa menjadi dilema bagi trader, karena jika anda membeli sekarang, dan saat IHSG ternyata masih turun lagi, maka saham anda nyangkut. Tapi kalau anda nggak beli saham, dan IHSG sudah rebound, maka anda bisa ketinggalan "kereta". 

Terus gimana donk Pak Heze? Tanya anda lagi.  

Jadi saat IHSG masih anjlok (karena kita juga tidak akan tahu apakah besok-besok IHSG masih anjlok atau sudah rebound beneran, atau cuman rebound sebentar lalu turun lagi), anda tetap bisa membeli saham2 yang sudah benar2 diskon. Cara mencari saham yang sudah diskon bisa anda dapatkan materinya disini: Ebook Cara Menemukan Saham Diskon.

Tetapi anda harus membeli dengan cara akumulasi alias beli bertahap. Beli dahulu dengan modal sekecil mungkin, meskipun anda sedang membeli saham bagus. Jangan overconfidence dengan membeli saham2 dengan porsi jumbo, karena anda tidak tahu apakah besok IHSG rebound atau turun lagi. 

Nah, kalau IHSG keesokan hari sudah rebound kencang, anda bisa menambah posisi. Tapi kalau besok IHSG ternyata turun lagi, setidaknya anda tidak beli saham banyak, dan anda masih punya sisa kas yang sangat besar untuk beli lagi di harga bottom / averaging down. 

Cara ini saya sarankan pada anda, untuk mengincar saham2 yang likuid saja, yang memang benar2 punya pengaruh yang berbanding lurus dengan IHSG. Ya misalnya saham2 blue chip itu sendiri. 

Kenapa? Simpel aja, karena saat IHSG naik, maka saham2 yang anda pegang hampir pasti ikutan naik kencang. Jangan membeli saham2 yang pergerakannya lambat atau tidak likuid saat IHSG turun tajam, because you know, kemungkinan anda tidak akan bisa pesta saat IHSG sudah rebound. 

Catatan: Beda cerita kalau anda ada di posisi IHSG sudah turun lebih dari 4 hari, maka anda bisa ancang2 ambil posisi beli lebih besar, karena sepengalaman saya (anda juga bisa cek sendiri chart IHSG dengan time frame yang anda inginkan), IHSG jarang turun sampai satu minggu berturut-turut. Kalau IHSG sudah turun lebih dari 4 hari, potensi reboundnya cukup besar, karena logikanya nggak mungkin orang jualan terus. Saat ada barang murah, trader pasti akan membelinya lagi.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.