Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Kenapa Saham Volume Kecil Harganya Cepat Naik?

Saya pernah menerima pertanyaan dari salah satu rekan trader. Inti pertanyaannya sebagai berikut: 

"Pak Heze saya bingung kenapa harga saham yang bid dan volumenya kecil, tapi harganya kok bisa naik cepat?" 

Anda mungkin juga sering menemukan saham2 yang bidnya cuman dikit, volumenya kecil tapi nggak lama kemudian harga sahamnya bisa naik 5% dengan cepat. 

Well untuk menjawab pertanyaan ini sebenarnya jawabannya: Tidak selalu. Saham2 yang likuid pun juga sering naik cepat kalau memang momentumnya sudah pas. Dan saham2 yang volumenya kecil juga sering kita temukan sahamnya nggak naik seperti yang kita harapkan. Hanya kenaikannya memang tidak se-ekstrem saham2 yang volumenya kecil.

Maka dari itu tidak ada rumus pasti untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tapi kalau ditanya soal keberanian beli saham yang volume dan bidnya kecil, saya akan jawab: Saya berani beli tapi dengan catatan, saya nggak berani beli sahamnya sebanyak saham yang volume besar dan bid-nya juga besar alias saya akan kurangi positioning size (lot)-nya. 

Sebagai contoh, perhatikan perbandingan bid-offer saham MYOR dan BMRI dibawah ini: 


(Klik gambar untuk memperbesar)

Anda bisa melihat perbedaan jumlah bid-offer MYOR dan BMRI. Split (jumlah orang yang antri beli-jual) pada saham BMRI jauh lebih banyak dibandingkan MYOR. Saham MYOR terlihat hanya ada beberapa orang saja yang mengantri pada satu antrian harga. Sedangkan saham BMRI bisa sampai puluhan bahkan ratusab. Tentu saja jumlah lot BMRI jauh lebih besar dibandingkan MYOR. 

So katakanlah dua saham ini sama-sama lagi diskon, dan ada momentum untuk rebound. Maka saya lebih berani beli saham BMRI dalam jumlah yang lebih besar ketimbang MYOR. Bukan berarti saya takut / menghindari saham2 yang volumenya kecil, tapi tingkat keberanian modal yang saya keluarkan, itu yang membedakan. 

Lalu kenapa saham yang bid dan volumenya kecil harganya bisa naik cepat?

Jawabannya sederhana saja: Jauh lebih mudah menaikkan saham yang bid dan volumenya kecil dalam waktu cepat, ketimbang menaikkan saham yang bid-offernya sangat tebal.

Perlu anda ketahui hampir setiap saham pasti ada bandarnya. Jika bandar berniat menaikkan harga suatu saham, maka power bandar juga tergantung dari seberapa besar minat trader ritel dan bandar lain di saham tersebut. 

Artinya begini, kalau bandar saham ingin menaikkan saham yang tidak terlalu likuid dengan uang besar, maka kemungkinan besar tidak akan ada banyak perlawanan dari bandar / trader ritel lain, sehingga harganya akan naik dengan cepat dan bahkan terkadang naiknya terkesan nggak beraturan banget. 

Sebaliknya, kalau bandar mau menaikkan saham yang bid dan volumenya besar sekali (seperti contoh saham BMRI diatas), maka sudah pasti bandar akan mendapatkan 'banyak perlawanan' dari trader2 ritel lain. Karena semakin likuid saham tersebut, maka semakin banyak 'kepentingan' yang terlibat di dalamnya. 

Bandar mau naikkan ke harga sekian.. Eh ternyata banyak trader yang mau jual di harga tersebut. Jadinya akan ada banyak tawar-menawar harga yang menyebabkan harga susah melejit cepat dalam satu hari. Maka dari itu, untuk menaikkan saham2 yang volume dan bid-nya besar, bandar butuh waktu yang lebih lama, dibandingkan saham yang bid-nya tipis.

Itulah kenapa saham2 yang tidak terlalu likuid harga sahamnya biasanya bisa naik sampai 10-20% dalam sehari. Sedangkan saham2 blue chip seperti BBRI, HMSP, JSMR jarang sekali kita melihat harganya naik sampai 20% sehari. 

Selain itu, saham2 yang volume dan bidnya kecil, biasanya harga sahamnya nominalnya cenderung rendah / murah (Rp500-an, walaupun tidak selalu). Jadi, bandar akan punya kemampuan yang lebih besar untuk menaikkan harga sahamnya, dibandingkan harus menaikkan saham yang harganya Rp4.000-an misalnya.  

Kemudian anda bertanya lagi: "Berarti Pak Heze, kenapa kita nggak beli aja saham2 yang volume dan bid-nya kecil? Kan potensi naiknya lebih cepat?"

Kita sebagai trader tentu nggak bisa melihat enaknya saja, tapi harus kita timbang juga risikonya. Seperti yang saya jelaskan di paragraf awal tadi, saham2 yang bid dan volumenya kecil faktanya banyak yang harganya susah naik. Kedua, volatilitas sahamnya bisa meningkatkan risiko pada portofolio anda. Karena sering saya temukan saham2 yang volumenya kecil, mendadak bisa turun dengan cepat. 

Jadi lebih baik jika anda selalu memprioritaskan saham yang lebih likuid, karena dalam banyak kasus, saham2 yang volume dan bid-nya kecil risikonya juga cukup tinggi. 

Kalau anda mau beli saham2 seperti itu pertimbangkan dua hal: Jangan beli dengan jumlah lot terlalu banyak. Kedua, belilah saham2 yang anda memang mengerti pola fluktuatifnya. Meskipun saham tersebut volumenya kecil, namun kalau anda sudah menguasai medannya, maka itu bukan jadi problem besar untuk anda.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.