Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Indikator Stochastic Oscillator Vs Relative Strengh Index (RSI)

Ada beberapa indikator teknikal saham yang sangat populer digunakan trader, beberapa diantaranya adalah stochastic oscillator (SO) dan Relative Strengh Index (RSI). Anda yang sudah pengalaman trading, saya yakin kedua indikator ini tidak asing bagi anda. 

SO dan RSI adalah dua indikator yang juga sering digunakan oleh para analis (kalau anda sering baca berita tentang prediksi saham, banyak analis yang mengacu pada indikator2 tersebut). SO dan RSI juga banyak digunakan oleh broker saham. Kedua indikator ini masuk dalam indikator leading. Banyak sekali rekan-rekan yang bertanya pada saya:

"Bung Heze, mana sih yang lebih akurat antara SO dan RSI. Kayaknya kedua indikator ini sama2 sering digunakan. Atau saya harus pakai keduanya saja?"

Sebelum itu, anda harus paham dahulu SO dan RSI. Cara membaca kedua indikator ini pada dasarnya sama. Hanya bedanya, SO terdiri dari perpotongan dua garis, sedangkan RSI hanya satu garis. 


SO (gambar atas) dan RSI (gambar bawah)

Sederhanaya, ketika perpotongan garis SO mulai naik keatas, maka itulah pertanda harga saham akan naik. Ketika garis RSI sudah mulai rebound, implikasinya sama dengan SO. 

Nah, terkait cara membaca indikator-indikator analisis teknikal saham, dan strategi profit dari saham dengan indikator dan candlestick, saya membahas materinya secara lengkap disini: Buku Trading dan Belajar Saham. Anda bisa mendapatkan materi lengkapnya disertai praktik trading yang sudah saya terapkan. 

Jika anda sekarang sedang bingung memilih mau pakai SO atau RSI, di pos ini saya akan memberikan jawaban antara penggunaan SO dan RSI based on experience saya. Selama bertahun-tahun menggunakan kedua indikator tersebut, saya menyimpulkan SO lebih baik daripada RSI. Lho kok bisa?

SO terdiri dari dua buah garis yang memberikan sinyal beli atau sinyal jual. Sehingga level golden cross ataupun death cross sebuah saham akan lebih terlihat jelas. 

Selain itu, jika kedua garis SO sama-sama berada di area jenuh jual, maka peluang naiknya lebih besar. Namun jika satu garis SO berada di jenuh jual, dan satu garis lagi masih belum menyentuh ke area jenuh jual, kemungkinan peluang turunnya masih ada. 

Jadi, didukung dua garis tersebut / persilangan dua garis, pengambilan keputusan trading apakah mau buy atau wait and see akan lebih mantap. Dengan kata lain, indikator SO ini "saling mendukung" antara dua garis untuk menghasilkan sinyal. 

Sebagai trader yang ingin trading jangka pendek, SO akan memudahkan untuk melihat potensi harga saham yang akan terjadi kedepan. Bagaimana dengan RSI sendiri? 

Beda dengan SO, RSI menggunakan satu garis. Terkadang menyimpulkan sinyal dengan menggunakan satu garis bisa membingungkan. Sehingga, cara membaca RSI akan menjadi lebih subjektif ketimbang membaca sinyal yang dihasilkan dari SO.  

Kemudian anda punya pertanyaan bagus: "Gimana kalau kita pakai keduanya saja Pak Heze?"

Boleh saja. Namun risikonya, anda justru akan kesulitan menentukan mana yang akan dipakai. Maksud saya, jika SO memberikan sinyal beli, tetapi RSI memberikan sinyal jual, mana yang lebih anda pilih? Disinilah kekurangannya jika anda menggunakan 2 indikator sekaligus. 

Kesimpulannya, berdasarkan pengalaman saya SO memang bisa memberikan sinyal yang lebih bagus. SO bisa membuat trader lebih percaya diri dalam entry trading, walaupun cara membaca kedua indikator nyaris sama.

Tapi pengalaman saya belum tentu sama dengan pengalaman anda. I mean, kalau anda pernah baca pos saya disini: Indikator Analisa Teknikal Terbaik, saya mengatakan bahwa sebenarnya indikator terbaik itu kembali lagi ke penggunanya.

Saya mengatakan SO lebih akurat dibandingkan RSI berdasarkan pengalaman saya, dan pos ini juga menjawab pertanyaan rekan2 yang masih bingung tentang penggunaan keduanya. Namun pada dasarnya semua indikator itu penggunaannya RELATIF. Artinya kalau anda mau tahu indikator mana yang benar-benar bagus, ya anda harus eksperimen sendiri seperti yang saya lakukan. 

Selain itu tidak ada indikator yang bisa berdiri sendiri. Dari pemaparan yang anda baca tentang SO dan RSI, anda yang jeli, pasti bisa menyimpulkan baik SO maupun RSI ternyata punya banyak kekurangan.  

Penggunaan indikator dalam trading hanyalah tambahan. Anda tidak bisa mengandalkan 100% indikator untuk trading. Anda tetap harus menggunakan support-resisten, pola candlestick, chart pattern, dan analisa teknikal lainnya untuk memprediksi harga saham.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.