Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Cara Menghitung Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank

Salah satu rasio keuangan perbankan untuk menilai kinerja fundamental bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Atau dalam Bahasa Indonesia kita kenal dengan rasio kecukupan modal bank. CAR merupakan perbandingan antara modal bersih yang dimiliki bank dibandingkan dengan total aset (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko / ATMR). 

Lalu apa makna CAR ini dalam rasio keuangan bank? Cara membaca CAR cukup mudah. Semakin besar CAR, maka bank tersebut semakin baik. CAR yang semakin besar mengindikasikan bahwa permodalan bank semakin kuat / bank memiliki kecukupan moda yang baik. Berikut adalah rumus CAR:


Sekarang anda sudah tahu apa itu CAR dan implikasi CAR. Pertanyaan selanjutnya, apa itu Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)? Bagaimana cara menghitung CAR? Sebelum kita masuk lebih lanjut, perlu anda ketahui lebih dahulu, bahwa Bank Indonesia (BI) menetapkan batas minimum CAR perbankan pada rasio 8%.

Apabila ada bank yang CAR-nya kurang dari 8%, bank tersebut akan terkena likuidasi. Aturan BI ini berlaku mengikat untuk seluruh Bank di Indonesia, karena apabila ada bank yang modalnya tidak lebih dari 8% dari aset total, hal ini akan meningkatkan risiko perbankan untuk mengembalikan dana tabungan dari masyarakat. Padahal kegiatan bank ini sangat penting bagi masyarakat, dan sebagian besar masyarakat 'menitipkan uangnya' di bank. 

Sekarang kita akan masuk ke cara menghitung CAR. Jadi katakanlah di laporan keuangan perusahaan memiliki total ekuitas sebesar Rp50 miliar. Kemudian perusahaan mengumpulkan dana dari nasabah berupa tabungan, deposito dan giro sebesar Rp80 miliar. Termasuk aset2 lain selain tabungan, deposito dan giro yang dihimpun sebesar Rp60 miliar. Dengan demikian, total aset anda sebesar Rp140 miliar (80 + 60). 

Sehingga, didapatkan nilai CAR sebesar 35,7%. Tapi perhitungan ini masih terlalu sederhana karena ada yang namanya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Artinya, dala menghitung CAR bank juga harus mempertimbangkan faktor2 risiko kredit yang bisa mengurangi nilai ekuitas dan aset bank. 

Contoh risiko kredit kira-kira seperti ini: Setiap modal yang anda pinjamkan ke nasabah, pasti ada kemungkinan gagal bayar atau kredit macet. Nah, disini perusahaan harus menguranginya dengan faktor risiko tersebut. 

Katakanlah risiko/ bobot kredit sebesar 5% dari total dana dari nasabah (tabungan, deposito, giro) sebesar Rp80 miliar, maka nilainya akan berkurang menjadi Rp76 miliar (berkurang Rp4 miliar atau sebesar 5%). Dengan demikian total asetnya akan berkurang menjadi 136 miliar (Rp140 miliar - Rp4 miliar). Itulah yang dinamakan dengan ATMR. 

Total modal juga berkurang Rp4 miliar menjadi Rp46 miliar (Rp50 miliar - Rp4 miliar). Dengan demikian, setelah kita memasukkan faktor risiko kredit, CAR-nya menjadi 46 / 136 = 33,8%. 

Namun yang harus anda pahami lebih dalam, menghitung CAR perhitungannya lebih panjang daripada cara seperti diatas. Mengapa? Karena bobot risiko untuk tiap akun tidaklah sama. Ada akun yang bobot risikonya 100%, 50%, 25% dan seterusnya. 

Dan untuk bobot risiko, setiap bank sudah memiliki penilainnya sendiri. Selain faktor risiko, perusahaan juga harus mempertimbangkan risiko pasar dan risiko operasional untuk dimasukkan ke dalam perhitungan. 

Jadi untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih akurat, sebenarnya anda tidak perlu repot-repot menghitung CAR. Rumus CAR sudah disediakan pada laporan keuangan perbankan. Atau anda bisa melihatnya pada laporan tahunan yang dipublikasikan. 

Karena jika kita menghitung sendiri CAR, maka kemungkinan besar perhitungan anda akan berbeda dengan perhitungan yang sudah dihitung oleh Bank yang bersangkutan, karena Bank memiliki perhitungan sendiri yang jauh lebih detail dan terperinci.

2 komentar:

  1. Permisi kak mau tanya, kenapa ada kondisi pada saat keadaan CAR meningkat namun justru berpengaruh negatif terhadap profitabilitas? terimasih

    ReplyDelete
  2. Ada banyak faktor. Salah satunya karena kebijakan BI untuk menjaga minimal persentase CAR perbankan. Semakin tinggi kebijakan CAR dari BI, maka bank harus menyediakan dana cadangan lebih besar, disamping mengantisipasi risiko kredit.

    Sehingga, semakin hati-hati suatu bank menginvestasikan & menyalurkan dana, hal ini akan mempengaruhi profitabilitas juga (walaupun CAR-nya naik karena bank menyediakan dana cadangan lebih besar).

    Karena profitabilitas perbankan beberapa diantaranya didapatkan dari penyaluran dana dan kebijakan investasinya.

    ReplyDelete

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.