Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Strategi Investasi Saham Jangka Panjang: Kapan Sebaiknya Menjual Saham?

El Heze
Saya pernah mendapatkan pertanyaan dari seorang rekan yang ingin menginvestasikan modalnya di saham. Pertanyaannya seperti ini: 

"Pak Heze saya mau menanamkan 20% tabungan saya di saham. Rencananya saya mau investasi di saham BRI karena harganya terjangkau dan termasuk saham blue chip". 

"Misalnya kemungkinan terburuknya terjadi krisis seperti tahun 1998 dan 2008, sehingga harga saham BRI yang saya miliki jatuh dibawah harga belinya, apakah sebaiknya saya menjualnya, atau tetap dipertahankan saja?" 

Anda yang sudah punya plan investasi saham untuk jangka yang panjang, anda mungkin juga punya pikiran dan strategi yang sama: Beli saham blue chip. 

Nah, sebelum berbicara soal krisis dan tetek-bengeknya, kalau anda punya pikiran beli saham BRI atau saham2 blue chip (dengan mengincar risiko yang lebih rendah) seperti BBCA, UNVR, PTBA, BBNI, dan lain2 maka pilihan ini adalah pilihan yang tepat. 

Karena saham2 blue chip ini selain sering melakukan stock split, juga selalu bagi dividen (dividennya rata2 besar). Jadi katakanlah kemungkinan terburuknya saham2 blue chip ini naik tapi tidak terlalu tinggi, maka saham anda akan tetap aman, toh nggak rugi juga kan?

I mean, return yang anda dapatkan hanya kalah tinggi dibandingkan saham2 gorengan, tapi risk:reward juga jauh lebih sebanding. Di satu sisi, anda akan tetap dapat dividen besar setiap tahun. 

Apabila anda investasi-nya dalam jumlah besar, katakanlah anda  punya 3.000 lot saham BRI, dan BRI membagikan dividen sebesar Rp428 per saham pada tahun buku, maka dalam setahun anda sudah mendapatkan Rp128.400.000 (3000*428*100) atau anda akan menerima Rp10.700.000 per bulannya. 

Ya anggap saja anda bekerja di sebuah perusahaan lalu anda dibayar sebesar Rp10,7 juta per bulan. Tapi bedanya ini anda nggak perlu ngapain-ngapain, hanya duduk manis terima duit. 

Apalagi sekarang ada wacana penghapusan pajak final untuk dividen. Jadi kalau wacana ini benar2 terealisasi, maka Rp128 juta sekian per tahun akan menjadi milik anda bersih.

Oke, jadi kini anda sudah aman memegang saham blue chip, anda juga dapat dividen besar tiap tahun, seandainya nilai saham naiknya tidak terlalu tinggi. Yang jadi persoalan selanjutnya adalah, bagaimana kalau seandainya kondisi ekonomi lesu seperti tahun 2015, atau yang lebih buruk bagaimana jika terjadi krisis seperti tahun 1998, 2008 ?

Well, kita semua tidak pernah menghrapkan ekonomi lesu atau bahkan krisis. Tapi diluar prediksi kita, suka atau tidak suka, kemungkinan ekonomi lesu itu bisa terjadi, dan tentu saja bisa menjatuhkan harga saham, bahkan bisa jadi saham yang anda miliki dibawah harga jualnya. 

Namun sejatuh-jatuhnya harga saham, saham2 blue chip cepat atau lama akan kembali lagi. Kalau nggak percaya, cek saja historis saham2 UNVR, BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, dan kawan-kawannya pasca krisis. 

Selain itu, saat ekonomi lesu, perusahaan2 blue chip tetap membagikan dividen kas kepada para pemegang saham, dan nilai dividennya-pun masih cenderung stabil. 

Jadi apakah harus jual saham atau hold saja kalau ekonomi sedang lesu? 

Harus diakui, tidak mudah melihat harga saham yang jatuh dalam kurun waktu berbulan-bulan, meskipun saham yang dipegang adalah saham blue chip. Banyak investor yang mentalnya tidak kuat dan akhirnya jual sahamnya. Saya pernah membahasnya disini: Beli Saham Blue Chip untuk Dividen dan Seumur Hidup.

Jadi kika anda bertanya demikian, anda harus tahu apa tujuan anda investasi. Di pos: Beli Saham Blue Chip untuk Dividen dan Seumur Hidup., saya lebih membahas pada kesiapan dan psikologi anda sebagai investor. Di pos ini, saya akan membahas dari segi yang lain. 

Jika anda investasi saham dengan tujuan dapat return yang tinggi, maka ketika akan terjadi krisis / ekonomi lesu, dan saham anda sudah naik tinggi sebelumnya, ya anda harus jual. Nggak usah dipikirin lagi itu sahamnya... 

Nah, nanti setelah pasca krisis ketika saham2nya udah pada diskon buessaaaarr, anda bisa kembali membeli dalam jumlah banyak. Jadi, keuntungan yang anda dapatkan akan berlipat, daripada anda nggak jual sahamnya sama sekali,  hanya menunggu, dan cuma berharap dapat dividen dan aksi korporasi lainnya. Tentu saja, keuntungan anda jauh lebih kecil. 

Namun apabila ada hal lain yang ingin anda dapatkan dari investasi tersebut selain sekedar return. Misalnya anda hanya ingin dapat dividen rutin, anda sangat yakin dengan prospek perusahaan, anda ingin mendapat kenyamanan dari investasi, mental anda kuat, dan anda nggak mau ambil pusing dengan harga saham.

Atau anda yakin bahwa perusahaan akan mengadakan aksi korporasi yang menguntungkan, maka anda nggak perlu jual sahamnya meskipun terjadi krisis. Hanya saja, konsekuensinya, anda tidak akan bisa dapat return besar ketika banyak saham diskon yang harganya naik setinggi langit

So, apakah ketika terjadi krisis hingga harga saham anda dibawah harga beli saat krisis, anda harus menjualnya? Anda harus bisa menjawab kedua tujuan investasi tersebut, preferensi anda lebih cenderung yang mana.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.