Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisa Fundamental: Debt to Equity Ratio dan Dividen

Salah satu tujuan investor menginvestasikan modalnya di saham adalah untuk mendapat dividen yang besar. Biasanya investor jenis ini, akan mengincar saham2 yang rutin membagikan dividen, dengan porsi dividen yang cukup tinggi, dan perusahaan yang mapan di sektornya. 

Tentu saja, investor2 tipikal ini akan cenderung mengincar saham BLUE CHIP, karena saham2 blue chip-lah yang selalu rutin membagi dividen (walaupun non blue chip bisa membagi dividen tinggi). Baca juga: Daftar Perusahaan Blue Chip di Indonesia. Baca juga: Daftar Perusahaan yang Rutin Membagi Dividen. 

Investor umumnya akan mengincar perusahaan yang bagi dividen per share (DPS) yang besar. Namun, perlu anda ingat DPS yang besar juga menimbulkan risiko. Apa risikonya? 

Perusahaan yang sangat rajin membagi dividen dengan dividend payour ratio (DPR) yang sangat tinggi, bahkan 90% atau 100% dari laba bersihnya, akan meningkatkan risiko rasio utang, atau yang kita kenal dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER yaitu perbandingan penggunaan utang dan ekuitas. Baca juga: Kegunaan dan Cara Menghitung Dividend Payout Ratio (DPR).

Kalau anda belum tahu apa itu DER dan struktur modal, anda bisa baca-baca pos saya disini: Analisis Fundamental: Debt to Equity Ratio (DER).

Karena dividen dibayarkan dari laba bersih, maka sisa laba bersih yang tidak dibayarkan menjadi dividen nantinya akan masuk ke dalam saldo laba, yaitu masuk ke ekuitas. 

Nah, jika perusahaan membagikan seluruh labanya menjadi dividen, maka perusahaan tidak akan memiliki saldo laba yang akan meningkatkan ekuitasnya pada tahun berjalan.

Dengan asumsi jumlah utang tetap dan ekuitas turun, atau jika utang dan ekuitas sama2 naik, tetapi kenaikan utangnya jauh lebih tinggi (karena seluruh saldo laba sudah dibagikan dalam dividen), so sudah jelas DER perusahaan akan naik. 


Saya ambil satu contoh, perusahaan Unilever. Anda yang jeli mengamati kinerja keuangannya, anda pasti akan menemukan DER Unilever yang tinggi. Anda mungkin bertanya-tanya, kenapa ya DER UNVR kok selalu besar?

Nah, salah satu penyebab mengapa DER Unilver cukup tinggi adalah karena UNVR adalah emiten yang rajin membagi dividen besar. Yes, dividennya bisa mencapai 99% dari total laba bersihnya alias semua labanya dibagikan menjadi dividen. 

Ya memang wajar saja sih, UNVR sendiri adalah perusahaan yang mapan dan tidak lagi gencar ekspansi seperti halnya perusahaan berkembang, sehingga laba bersih akan dibagikan dalam dividen. 

DER UNVR yang terus naik dan mencapai 2 kali ekuitas totalnya

Memang secara DPR dividen tinggi akan menarik, karena DPR yang besar akan terlihat menarik bagi investor. Namun kalau anda ternyata juga tipikal investor yang ingin mempelajari risiko perusahaan terutama dari sisi struktur modalnya, maka anda jangan mulu lihat DPR-nya.

Investor mungkin akan senang mendengar perusahaan yang bagi dividen 100% dari labanya. Otomatis bukan hanya DPR-nya yang gede namun DPS juga akan tinggi, bahkan DPS-nya bisa jauh lebih besar daripada emiten2 lain yang sejenis. 

Namun jangan lupa anda juga harus melihat apakah DPR yang tinggi ini akan berdampak pada kenaikan rasio utangnya secara signifikan. 

Risikonya adalah dalam jangka panjang jika perusahaan butuh untuk melunasi utangnya, kemungkinan perusahaan bisa menurunkan drastis nilai DPR-nya. Jadi katakanlah perusahaan yang biasanya bagi DPR 99%, maka bisa jadi perusahaan menurunkan DPR-nya menjadi 60-70% saja.

Saya yakin beberapa dari anda pasti bertanya: "Jadi Bung Heze bagaimana strategi membeli dividen yang aman?"

Saran saya, kalau anda mau beli saham dengan tujuan mendapatkan dividen besar disamping return jangka panjang, belilah perusahaan yang membagi dividen dengan dividend payout ratio-nya rutin antara 30-60%. 

Dengan demikian, emiten2 tersebut biasanya tetap memiliki rasio utang yang cenderung lebih kecil (kecuali untuk bank, memang rasio utangnya tinggi). 

Warren Buffet sendiri menyarankan untuk investasi di perusahaan yang membagi dividen dengan DPR 40-50%, karena biar bagaimanapun perusahaan juga tetap membutuhkan saldo laba, dan sesedikit apapun, perusahaan akan tetap melakukan ekspansi. Sebagai info, Warren Buffet memiliki saham Coca-cola, di mana Coca-cola ini membagi dividen dengan DPR sekitar 40% setiap tahun. 

Jika anda tetap mau beli perusahaan yang rajin membagikan seluruh laba bersihnya kepada para pemegang saham tidak masalah. Hanya saja, risikonya adalah rasio utang yang tinggi, dan tidak menutup kemungkinan emiten2 tersebut sewaktu-waktu bisa menurunkan DPR-nya. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.