Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisa Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan dan Investasi

Seorang investor membutuhkan laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan dan kondisi kesehatan perusahaan. Kenapa anda membutuhkan analisa laporan keuangan? Karena laporan keuangan perusahaan-lah yang bisa 'mewakili' gambaran kinerja perusahaan, sehingga investor dapat menimbang prospek perusahaan di masa mendatang.  

Jadi, kalau anda membeli saham perusahaan dengan tujuan jangka panjang namun anda tidak pernah membaca laporan keuangan atau laporan tahunannya sama sekali, anda belum dapat dikatakan seorang investor sejati. 

Di website Saham Gain ini, saya juga sudah membahas cukup banyak mengenai analisa fundamental. Anda bisa baca-baca lagi disini: Analisa Fundamental Saham Gain. Anda hanya tinggal mengaplikasikannya tergantung kemampuan anda dan cara anda melakukan analisa. 

Di pasar saham anda harus ingat prinsip ini: Harga Saham Akan Kembali ke Nilai Fundamentalnya. Kalau ada saham yang harganya naik terus padahal laporan keuangannya masih jelek, percayalah cepat atau lambat harga sahamnya pasti akan kembali lagi ke nilai fundamentalnya. 

Sebagai contoh, saham BEKS. Di forum2 saham banyak sekali yang mengatakan BEKS akan segera naik kencang karena BEKS saat itu sudah dimiliki Pemerintah Provinsi Banten, jadi kalau sudah dijamin pemerintah, prospeknya pasti bagus (begitulah anggapan kebanyakan orang).

Tapi kalau kita lihat laporan keuangannya waktu itu, BEKS masih mencetak rugi bersih yang lumayan besar, sehingga harga sahamnya yang awalnya sudah digoreng sampai 61, malah balik lagi ke gocap. Anda bisa baca-baca lagi analisis BEKS disini: Analisis Jangka Panjang Saham BEKS.

Bagi trader dan investor yang mudah terjebak dengan pendapat2 tersebut, terutama bagi trader yang ingin mengincar keuntungan cepat dari kenaikan saham BEKS, maka dananya akan nyangkut sampai berbulan-bulan. Apakah BEKS tidak akan naik lagi? 

Tentu saja BEKS bisa naik tinggi jika memiliki kinerja yang bagus di masa mendatang. Di pasar saham, semua kemungkingkinan bisa terjadi, dan tidak ada rumus baku. 

Sebaliknya, kalau ada perusahaan yang punya prospek yang sangat bagus tapi harga sahamnya masih belum naik, cepat atau lama harga sahamnya juga akan kembali naik ke nilai fundamentalnya. Contoh, saham2 blue chip seperti UNVR, GGRM, BBCA, BBNI harganya sempat anjlok tanpa ampun di tahun 2015. Namun ketika perekonomian mulai membaik perlahan, saham2 blue chip harganya kembali naik dengan cepat. 

Demikian juga dengan IHSG. IHSG yang naik terlalu tinggi tapi tidak mencerminkan nilai fundamentalnya, maka cepat atau lama IHSG akan turun lagi dengan cepat, karena IHSG akan menyesuaikan dengan nilai fundamentalnya. 

Sebagai contoh, di tahun 2016 ketika ada tax amnesty yang membawa dampak positif ke pasar saham, IHSG langsung naik drastis selama kurang lebih 2 bulan. Padahal, saat itu kondisi fundamental Indonesia belum sepenuhnya pulih. 


Apa yang terjadi setelah sentimen positif tax amnesty berakhir? IHSG kembali turun lagi, bahkan IHSG kembali ke level 4.700 saat itu (sebelumnya IHSG sudah tembus 5.000). 

Nah, kalau IHSG, harga saham perusahaan kembali ke nilai fundamentalnya, itu artinya anda (jika anda investor) harus membeli saham berdasarkan pada analisis fundamental, yaitu salah satunya yang terpenting adalah dengan analisis laporan keuangan. Jangan pernah mengabaikan laporan keuangan perusahaan ketika anda ingin investasi.    

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.