Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Strategi Menganalisa Target Take Profit Saham yang Fleksibel

Saya pernah menerima pertanyaan dari salah seorang rekan di email suksesbelajarsaham@gmail.com. Inti pertanyaan tersebut adalah:

"Pak Heze, saya terkadang membeli saham di harga support kuat 1.000 dan kemudian memasang jual di target resisten 1.200. Yang seringkali terjadi adalah harga saham yang saya pegang naik ke 1.100 namun belum sampai ke 1.200 harga sudah turun lagi. Harusnya saya bisa profit tapi jadinya malah rugi. Jadi bagaimana solusinya? Apakah ada cara lain yang lebih fleksibel dalam melakukan analisa take profit?"

Begitulah curhat salah seorang rekan melalui email. Saya yakin kasus ini juga sering anda alami. Di mana anda memasang target take profit, ketika sudah naik sedikit mendekati target jual, tiba2 harga saham turun lagi dan akhirnya bukan profit yang didapat, tetapi malahan rugi. 

Lalu bagaimana solusinya? Sebenarnya ada 2 (dua) cara yang bisa anda lakukan agar anda bisa mengantisipasi target take profit yang tidak tercapai. Berikut kedua strategi tersebut:

1. Menaikkan batasan cut loss

Strategi ini berarti ketika anda membeli saham dan harganya naik, maka anda juga ikut menaikkan batasan cut loss anda. Sehingga ketika harga saham anda ternyata tidak menyentuh take profit dan turun, paling tidak anda sudah "cut loss" dalam posisi untung. Masih bingung maksudnya ? Baik, saya berikan ilustrasinya. 

Si Bejo membeli saham ADHI di harga 2.000. Si Bejo memasang target take profit di harga 2.180. Sedangkan cut loss dipasang jika harga turun dibawah 1.950. Ternyata setelah Bedjo membeli saham di harga 2.000 harga saham naik ke 2.050. Kemudian keesokan harinya harga saham naik lagi ke 2.090. 

Jika harga saham naik, maka batasan cut loss juga harus dinaikkan. Misalnya, jika harga saham naik ke 2.050, maka batasan cut loss yang semula ditetapkan di harga 1.950 harus dinaikkan menjadi 2.000 (mengikuti kenaikan harga sahamnya). Jika harga saham naik lagi ke 2.090, maka batasan cut loss bisa dinaikkan ke harga 2.040. 

Jika harga saham kemudian naik lagi ke 2.130. Maka, batasan cut loss anda juga anda naikkan menjadi 2.080. Katakanlah setelah harga saham mencapai harga 2.130, ternyata harga saham tidak mampu mencapai target profit yang anda tetapkan di harga 2.180. Harga saham justru turun lagi menjadi 2.100. Kemudian, ketika harga saham turun lagi menjadi 2.080, maka disitulah titik cut loss anda. 

Anda harus segera menjual saham anda. Nah, jika anda menaikkan batasan cut loss dan anda menjual saham di harga 2.080, maka anda masih mendapatkan profit karena harga beli anda adalah 2.000. 

Coba bayangkan jika anda menetapkan batasan cut loss di 1.950, maka ketika harga saham turun ke 1.950 anda baru cut loss dan anda akan rugi. Padahal kalau anda menjual / menaikkan cut loss ke 2.080 karena harga saham tidak bergerak sesuai target take profit, anda masih bisa UNTUNG. Baca juga: Cara Menentukan Take Profit dan Stop Loss Saham yang Tepat.

2. Membuat target take profit lebih dari satu 

Kalau anda membeli harga saham di harga 1.000 misalnya dan memasang take profit di 1.200, maka sangat mungkin harga saham naik, tetapi sebelum menyentuh harga 1.200, harga saham malah berbalik turun. Nah, solusinya adalah anda bisa membuat lebih dari satu target take profit. 

Ada baiknya dalam menenetukan take profit, jangan menetapkan take profit yang terlalu tinggi (kecuali jika anda memang seorang mid term trader). Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan harga saham yang koreksi terlebih dahulu sebelum mencapai target. 

Jika anda membeli saham di harga 1.000, anda bisa membuat beberapa target take profit. Sebagai contoh, anda akan menjual saham dengan target take profit 1: 1.060. Target take profit 2: 1.120. Target take profit 3: 1.200. 

Artinya, jika saham anda naik ke 1.060 dan anda melihat tekanan beli masih tinggi, maka anda bisa menjual saham di 1.120. Jika antrian offer di 1.120 tipis dibandingkan bid, maka anda bisa mengincar jual di 1.200. Tetapi jika harga saham sudah menyentuh 1.060 dan harganya sudah sulit naik, maka anda bisa segera jualan dulu di 1.060. 

Itulah kedua cara menganalisa target take profit yang fleksibel. Analisa ini terbukti bisa meminimalisir target take profit yang tidak tercapai dan malah berbalik menjadi loss.  Oke, sekarang saatnya anda untuk mempraktikannya. 

2 komentar:

  1. Bung Heze , saya cb main di ASRI krn tertarik akan harganya udah rendah banget , dan punya support kuat di 318 , tp ternyata hari ini jebol ke 316 , baiknya hold apa CL ya? Mohon analisanya ya... thanks

    ReplyDelete
    Replies
    1. ASRI coba lihat dulu karena selama 6 bulan support di terendah di 314. Jika jebol 314 dan jebol 310 maka harus cut loss karena tren ASRI masih turun. Untuk hari ini, ASRI membentuk doji ada peluang rebound

      Delete

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.