Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Strategi Investasi Saham: Perusahaan Induk Vs Perusahaan Anak

Jika Anda ingin investasi saham di pasar modal, yang perlu Anda ketahui adalah prospek perusahaan tersebut. Bagaimana cara mengetahui prospek perusahaan? Yaitu dengan memahami analisis fundamental. Baca juga pos: Inti dan Prinsip Dasar Analisis Fundamental. Baca juga: Analisis Fundamental Terbaik ???

Ketika perusahaan baru saja go public di Bursa Efek, seringkali para investor bingung, apakah perusahaan tersebut memiliki prospek yang bagus atau tidak. Kalau saya jujur, melakukan analisis fundamental itu jauh lebih rumit daripada analisis teknikal. Seringkali emiten yang kelihatannya bagus dan prospek secara fundamental, ternyata harga sahamnya malah anjlok.  

Contohnya, PT Krakatau Steel (KRAS). KRAS adalah saham BUMN yang bergerak di industri produksi besi dan baja. Bahkan emiten ini adalah emiten produksi besi dan baja terbesar di Indonesia. Tapi kok harga sahamnya turun terus sejak IPO? Ternyata penyebab penurunan harga saham KRAS tidak lain karena kinerjanya yang jauh dari harapan. KRAS KRAS tidak mampu menekan biaya operasionalnya dan kalah bersaing dengan China.

Ngomong2 soal investasi saham, saya sendiri adalah tipikal trader. Saya sudah katakan bahwa investasi saham itu analisisnya tidak mudah, tidak semudah menjadi trader (analisis teknikal). Jadi, saya akan investasi kalau saya baru benar2 yakin bahwa emiten tersebut harga sahamnya akan naik di masa mendatang.  

Kalaupun pada akhirnya saya investasi, saham2 yang selalu menjadi tempat favorit saya adalah saham2 BUMN, terutama (sub) sektor konstruksi dan sektor property & real estate. Tetapi syaratnya, saya HANYA MAU investasi kalau perusahaan tersebut adalah perusahaan BUMN dan kalau bisa perusahaan tersebut adalah perusahaan anak yang punya prospek bagus. Baru2 ini, saham yang listing di BEI adalah PT Waksita Beton Precast (WSBP), listing tanggal 20 September 2016. 

Sederhana saja. Saya berikan bocoran dari sisi analisis teknikal. WSBP adalah anak usaha PT Waksita Karya (WKST). Kinerja WSKT sangat bagus yang terlihat dari harga sahamnya yang terus uptrend sejak IPO. Perhatikan grafik saham WKST dibawah.


WSBP IPO dengan harga 490 per lembar. WSKT dulu IPO dengan harga sekitar 530. Tidak jauh beda dengan WSBP. Sekarang harga saham WSKT naik sampai 2.650 (dalam kurun waktu 5 tahun). Perhatikan tanda kotak pada grafik WSKT. WSKT waktu awal melantai di Bursa, harga sahamnya nggak langsung naik. Bahkan cenderung sideways sedikit turun. Tetapi, setelah beberapa bulan harga saham WKST baru naik pesat. 

Kalau melihat perusahaan induknya, prediksi saya harga saham WSBP akan mengikut harga saham perusahaan induknya. Saat ini WSBP masih sideways di harga 525-535. Pada saat hari pertama listing sempat naik ke 610. Setelah itu, WSBP cenderung sideways turun. Namun, Antrian bid-offer yang selalu ramai, yang menunjukkan minat pelaku pasar yang tinggi terhadap WSBP (artinya, WSBP sangat likuid). 

WSBP mengingatkan saya pada saham PPRO. PPRO pada awal melantai di bursa, harganya hanya 150 per lembar (Mei 2015), dan sempat turun sampai 127 tetapi bid-offer PPRO sangat besar. Sekarang, harganya sudah mencaai 1.020, dalam kurun waktu 1,5 (satu setengah) tahun! Saya ikut mengoleksi saham PPRO mulai harga 190 dengan teknik averaging up. 

Analisis yang saya gunakan kurang lebih sama dengan saham WSBP. PPRO adalah anak usaha BUMN dari PTPP. PTPP waktu awal melantai di Bursa harganya hanya sekitar 600-an, dan dalam kurun waktu beberapa tahun, naik sampai 4.000!

Jadi sederhananya seperti ini: Tren harga saham perusahaan anak biasanya akan mengikuti tren harga saham perusahaan induknya. Tetapi, harga saham perusahaan anak TIDAK LEBIH TINGGI daripada perusahaan induk. Artinya, kalau Anda investasi di perusahaan anak, Anda jangan berharap menjual harga sahamnya lebih tinggi dari perusahaan induknya. Anda perhatikan, PPRO tidak lebih tinggi daripada PTPP. WTON tidak lebih tinggi daripada WSKT. 

ANALISIS KONDISI SEKTOR 

Namun, kita juga harus mengamati kondisi sektor tersebut. Saat sektor usaha masih lesu dan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan di sektor itu, maka anda harus lebih jeli dalam memilih saham untuk investasi. 

Pada umumnya, suatu saham yang harganya bisa naik at least untuk satu tahun mendatang (strategi investasi perusahaan induk vs perusahaan anak) akan terjadi jika kondisi sektor usaha tersebut sedang bagus atau minimal stabil (tidak banyak guncangan / lesu). Anda bisa baca-baca analisisnya lagi disini: Investasikan Modal Anda: PPRO dan WSBP

4 komentar:

  1. Malam Pak untuk input saja, mungkin lebih baik kalau setiap postingan ad tanggal postingnya jadi bisa tahu mana info yang lama dan baru. Atau sebnarnya sudah ada tapi saya tidak tahu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Renaldo,

      Saya sudah pernah mencoba untuk edit tampilkan tanggal, namun tanggal di pos blog tidak muncul... Saya juga kurang mengerti.

      Saya akan coba lagi solusinya

      Delete
  2. Pak Heze...bagaimana untuk kasus ICBP dan INDF...Kenapa ICBP lebih tinggi dari INDF ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harganya lebih tinggi tapi unda-undi tuh sama INDF

      Delete

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.